Suara.com - Setiap satu menit ada satu orang meninggal dunia akibat Covid-19 di Amerika Serikat. Demikian menurut hitungan Reuters mengenai kasus kematian harian pasien terinfeksi virus corona di negara tersebut.
Tercatat sebanyak 1.461 orang meninggal dunia dalam 24 jam, kasus kematian harian tertinggi sejak 27 Mei lalu, sehingga jumlah kematian akibat Covid-19 di AS telah melampaui 150.000 kematian, atau paling banyak di dunia.
Kasus kematian pasien Covid-19 di AS meningkat tajam dalam dua bulan belakangan dan telah naik sebanyak 10.000 selama 11 hari terakhir.
Sementara itu, angka kasus infeksi baru per pekan turun mulai belakangan ini sejak penurunan terakhir pada Juni.
Baca Juga: Waspada! Positivity Rate Covid-19 Indonesia Kini Jauh dari Standar WHO
Texas mencatat kasus kematian tertinggi di seluruh AS bulan ini dengan angka hampir 4.300 kasus, kemudian disusul Florida dengan 2.900 kasus, dan California--negara bagian berpenduduk paling banyak--dengan 2.700 kasus.
Sementara lonjakan kasus kematian per Juli terjadi di tiga negara bagian tersebut, New York dan New Jersey masih menjadi wilayah dengan kasus kematian tertinggi secara akumulatif.
Di sisi lain, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) siap mengizinkan penggunaan plasma darah yang kaya antibodi dari pasien sembuh untuk mengobati pasien Covid-19.
Pasien Covid-19 yang telah sembuh dianggap memiliki plasma darah yang mengandung antibodi atau protein yang dibuat oleh sistem imun tubuh melawan virus.
Ini dapat ditransfusikan ke pasien yang baru saja terinfeksi untuk mencoba membantu penyembuhan, dan sejak awal pandemi, para dokter telah mentransfusikan plasma konvalesen ke pasien Covid-19 dengan kondisi parah.
Baca Juga: Masyarakat Diminta Tak Banyak Berinteraksi dengan Lansia saat Idul Adha
Awal Juli ini Uni Eropa mengatakan pihaknya ingin mempercepat pendanaan untuk mengobati pasien Covid-19 dengan plasma darah yang didapat dari pasien sembuh. (Antara)