Jessica Iskandar Idap Penyakit Graves, Masalah Autoimun Ini Mudah Diobati

Kamis, 30 Juli 2020 | 11:45 WIB
Jessica Iskandar Idap Penyakit Graves, Masalah Autoimun Ini Mudah Diobati
Jessica Iskandar. [Instagram/@inijedar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa waktu lalu Jessica Iskandar menjelaskan bahwa dirinya didiagnosis dengan graves disease autoimmune. Itulah sebabnya bagian leher perempuan 32 tahun ini bengkak.

"Kemarin dikasih tau dokter bahwa sudah dipastikan sakit yang aku alami saat ini graves disease autoimun," kata Jessica Iskandar di kanal YouTube-nya, dikutip Kamis (30/7/2020).

Graves disease atau penyakit graves melibatkan kelenjar tiroid yang terlalu aktif sehingga menyebabkan produksi hormon tiroid yang berlebihan atau hipertiroidisme.

Menurut Medical News Today, penyakit graves relatif mudah diobati. Namun jika tidak ditangani, kondisi ini dapat memiliki konsekuensi serius.

Baca Juga: Terungkap, Jessica Iskandar Ternyata Idap Penyakit Autoimun

Ada berbagai perawatan yang tersedia untuk penyakit graves. Mayoritas ditujukan untuk menghambat produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan menargetkan kelenjar tiroid, sedangkan yang lain bertujuan mengurangi gejalanya.

Unggahan Jessica Iskandar [Instagram/@inijedar]
Unggahan Jessica Iskandar [Instagram/@inijedar]

Berikut beberapa pengobatan yang dapat diambil penderita penyakit graves.

1. Obat anti-tiroid

Ini adalah pengobatan yang paling sering digunakan. Tiga obat umum yang menargetkan tiroid adalah propylthiouracil, methimazole, dan carbimazole.

Obat anti-tiroid mencegah kelenjar tiroid menghasilkan hormon berlebih dengan menghalangi oksidasi yodium di kelenjar tiroid. Umumnya, gejala akan membaik dalam empat hingga enam minggu setelah memulai pengobatan.

Baca Juga: Penyandang Autoimun di Tengah Aksi Borong Klorokuin saat Covid-19

Jenis pengobatan ini seringnya digunakan bersamaan dengan perawatan lain, seperti terapi yodium radioaktif atau pembedahan.

Obat dapat diresepkan selama 12 ingga 18 bulan untuk memastikan kondisinya tidak kembali. Dalam beberapa kasus mungkin diresepkan lebih lama.

2. Terapi yodium radioaktif

Pengobatan ini masih populer karena non-invasif dan sangat efektif.

Ketika minum obat, yodium radioaktif segera menumpuk di kelenjar tiroid dan secara perlahan menghancurkan sel-sel tiroid yang terlalu aktif.

Hasilnya, ukuran kelenjar tiroid menjadi berkurang dan lebih sedikit hormon tiroid yang diproduksi.

Kanker tiroid bisa diobati dengan terapi nuklir. (Shutterstock)
Kanker tiroid (Shutterstock)

3. Penghambat beta atau beta blocker

Meski umumnya pengobatan ini diresepkan untuk penderita jantung dan hipertensi, penghambat beta dapat mengurangi gejala penyakit graves.

Pengobatan ini bekerja dengan menghalangi efek adrenalin dan senyawa yang serupa lainnya.

Penderita penyakit graves mungkin lebih sensitif terhadap adrenalin, yang dapat menyebabkan gejala seperti berkeringat, gemetaran, peningkatan denyut jantung, dan kecemasan. Penghambat beta membantu meringankan gejala-gejala ini, tetapi tidak mengatasi penyakit graves itu sendiri.

Penghambat beta sering digunakan bersamaan dengan perawatan lain, artinya ada risiko efek samping yang dapat terjadi karena obat berbeda berinteraksi.

4. Pembedahan tiroidektomi

Cara ini dapat digunakan apabila pengobatan lain tidak berhasil.

Tiroidektomi adalah pengangkatan seluruh atau sebagian kelenjar tiroid, tergantung pada keparahan gejalanya.

Keuntungan tiroidektomi adalah penyakit dapat hilang secara cepat, dan permanen, untuk mengembalikan kadar hormon tiroid normal.

Jika hanya sebagian tiroid yang diambil, sisanya dapat mengambil alih fungsinya. Tapi ketika seluruh tiroid dihilangkan, tubuh tidak akan mampu menghasilkan hormon tiroid secara cukup, menyebabkan kondisi hipotiroidisme.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI