Untuk anak usia sekolah menengah, yakni 12-18 tahun, screen time disarankan tidak lebih dari dua jam.
Anak yang lebih besar sudah memahami konsep keseimbangan waktu, jadi orangtua bisa membantu mereka mengelola jadwal penggunaan media setiap hari.
Menurut Ahmad, durasi screen time yang berlebihan pada anak usia dini bisa menimbulkan gangguan perkembangan, gangguan bicara-bahasa, gangguan perilaku dan sosial serta emosi juga gangguan kecerdasan.
Interaksi antara orangtua dan anak juga dapat berkurang.
Baca Juga: Bingung Bagaimana Mengatur Paparan Media pada Anak? Begini Pedomannya
Untuk bisa mengurangi waktu anak terpapar gawai, orangtua juga perlu mawas diri. Jika ingin perilaku anak berubah, orangtua pun harus mengurangi durasi berkutat di hadapan layar gawai.
Ahmad mengingatkan orangtua untuk bisa mengenali gejala stres pada anak selama masa pandemi.
Waspadalah bila ada perubahan perilaku dan emosi yang tidak stabil. Anak yang cemas berlebihan, tampak murung dan menarik diri dari lingkungan bisa jadi tanda buah hati merasa tertekan.
Amati juga kebiasaan tidur anak. Bila dia mengalami gangguan seperti sulit tidur dan mimpi buruk, bisa jadi anak sedang merasa stres. Mengompol juga salah satu tanda, terutama untuk anak yang biasanya tidak mengompol.
"Lengket" secara berlebihan kepada orangtua atau pengasuh pun salah satu pertanda stres pada anak.
Baca Juga: Terlalu Sering Main Gawai Saat di Rumah Aja, Bahaya Bagi Kesehatan Mental
Untuk mengatasinya, berikan anak lebih banyak perhatian. Dengarkan pendapat dan keluh kesahnya serta libatkan buah hati ketika menyusun agenda.