Suara.com - Ketika sebagian besar negara-negara di dunia memberlakukan lockdown (PSBB di Indonesia), Swedia tetap membebaskan masyarakatnya di tengah pandemi virus corona. Tanpa lockdown, kasus Covid-19 justru menurun.
"Kurva turun dan kurva kasus sakit parah mulai mendekati nol. Secara keseluruhan, ini sangat positif," kata kepala epidemiologi Swedia Anders Tegnell.
Pemerintah Swedia menyerukan agar rakyatnya menanggung tanggung jawab pribadi, alih-alih memerintahkan lockdown yang diamanatkan para pakar.
Pada Selasa (28/7/2020), negara ini hanya melaporkan dua kasus kematian baru. Jadi, jumlah korban yang dikonfirmasi hingga kini menjadi 5.702.
Baca Juga: Dinkes DKI: Warga Terpapar Corona Paling Banyak Usia Produktif
"Dengan jumlah yang berkurang dengan sangat cepat di Swedia, kami melihat tidak ada gunanya memakai masker di sini, bahkan di transportasi umum," tambah Tegnell, dilansir dari Fox News.
Meski pemerintah Swedia menolak lockdown, mereka tetap melarang adanya pertemuan massal, dan memerintahkan jaga jarak yang langsung dipatuhi rakyatnya. Tapi sekolah dan restoran tetap dibuka.
"Kami benar-benar melihat penurunan jumlah pasien dalam ICU dan juga dalam jumlah kematian sejak pertengahan April," tutur Anna Mia Ekström, profesor klinis epidemiologi penyakit menular global di Stockholm Karolinska Institute, Stockholm.
Kasus positif yang terkonfirmasi mencapai 80.000 dengan penduduk 10 juta orang.
"Sekarang kita melihat satu atau dua kematian sehari dan sangat sedikit orang yang dirawat di ICU," tambah Jan Albert, seorang profesor pengendalian penyakit menular di Institut Karolinska.
Baca Juga: 98 Persen Pasien Corona di Sukabumi Sembuh
Menurutnya, kondisi di negaranya sekarang lebih baik daripada saat April lalu.
Namun Albert mengaku bahwa mereka belum bisa memprediksi apakah Swedia akan sampai pada titik herd immunity atau tidak.
"Tetapi apakah itu berarti bahwa kita sedang dalam perjalanan menuju herd immunity adalah hal yang tidak diketahui," tandasnya.