Suara.com - Angka harapan hidup penduduk Indonesia telah meningkat dari 66 tahun menjadi 71.2 tahun.
Meski hal tersebut merupakan kabar yang membahagiakan, namun warga lanjut usia atau lansia, merupakan kelompok yang rentan mengalami masalah kesehatan.
Salah satunya adalah Inkontinensia urine atau IU.
IU sendiri merupakan salah satu gejala dalam sindrom klinis berupa melemahnya otot kandung kemih.
Baca Juga: Gejala Covid-19, Cek Warna dan Bau Urine Anda!
Akibatnya, lansia kesulitan menahan keluarnya urin dengan ditandai pengeluaran urin tanpa disadari.
Masalah gangguan kesehatan IU sendiri dikenal memiliki tiga tipe yang berbeda. Pertama, urine bocor atau keluar saat stres atau terjadi tekanan dikandung kemih.
Kedua, tidak dapat menahan buang air kecil ketika dorongan muncul. Dan ketiga, adalah golongan IU berat yang terjadi karena kandung kemih sama sekali tidak mampu menampung urine, sehingga penderitanya tidak bisa mengontrol keluarnya urine.
Dari penelitian EPIC (Expanded Prostate Cancer Index Composite) yang dilakukan pada 2008, secara global ditemukan sekitar 348 juta orang di dunia pernah mengalami IU.
Survey yang dilakukan di berbagai negara Asia didapatkan bahwa prevalensi pada beberapa bangsa Asia adalah 12,2 persen (14,8 persen pada perempuan dan 6,8 persen pada laki-laki) juga menderita IU.
Baca Juga: Populasi Lansia Terbanyak di Dunia, Jepang Punya Hari Penghormatan Lansia
Sedangkan dari buku Panduan Tata Laksana Urine pada Dewasa Edisi ke-2 yang ditulis oleh Perkumpulan Kontinensia Indonesia (PERKINA) dan dirilis oleh Penerbit Ikatan Ahli Urologi Indonesia tahun 2018, disebutkan prevalensi total penderita IU di Indonesia sebesar 13 persen.