Suara.com - Sebanyak 2.598 anak atau sekitar 17,7 persen dari seluruh anak berusia di bawah lima tahun di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, mengalami masalah stunting atau kekurangan gizi kronis.
Stunting sendiri dipercaya dapat mengganggu pertumbuhan anak sehingga anak memiliki badan yang lebih pendek dibandingkan rerata tinggi anak-anak seusianya.
"Meskipun masih ada kasus, namun persentase stunting di Dharmasraya masih di bawah angka nasional yang mencapai 20 persen," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Dharmasraya Busnawir di Pulau Punjung, Senin (27/7/2020).
Dikutip dari Antara, Busnawir menjelaskan bagaimana angka stunting tersebut didapat berdasarkan hasil pemantauan Dinas Kesehatan pada awal tahun 2020.
Baca Juga: Program Cegah Stunting Berbasis Keluarga di Wonosobo, Seperti Apa?
Menurut dia, pemantauan status gizi anak biasa dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus setiap tahun.
Tahun 2019, ia melanjutkan, jumlah anak yang mengalami stunting tercatat 2.067 atau 16,6 persen. "Terjadi peningkatan di awal tahun ini," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan stunting pada balita, termasuk rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan ibu dan anak, sanitasi yang buruk, dan infeksi berulang.
Guna menekan kasus stunting, ia melanjutkan, Dinas Kesehatan menjalankan program Bidadari Keluarga, singkatan dari bidan datang dengan asuhan mandiri kepada keluarga, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan dan gizi.
"Kita juga memiliki program kelas ibu hamil dan ibu balita, namun partisipasi warga dalam mengikuti kegiatan ini masih rendah sehingga kita maksimalkan dengan program Bidadari Keluarga," ujar dia.
Baca Juga: Bayar Sekolah Pakai Sampah Plastik
Selain itu, kegiatan posyandu sudah kembali dijalankan dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.