Harga Murah Bikin Jumlah Perokok Anak dan Perempuan Meningkat

Senin, 27 Juli 2020 | 15:59 WIB
Harga Murah Bikin Jumlah Perokok Anak dan Perempuan Meningkat
Dampak merokok pada keluarga. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga rokok di Indonesia dinilai masih relatif murah dan mudah dibeli di mana pun. Kondisi itu membuat umlah perokok aktif anak di bawah usia 18 tahun meningkat sejak 2013.

Deputi Bidang tumbuh kembang anak Kementerian PPPA Lenny N. Rosalin menyampaikan bahwa jumlah anak dan remaja meningkat hingga 9,1 persen pada 2018. 

"Padahal sebelumnya, data Riskesdas 2013, anak dan remaja perokok sebanyak 7,2 persen," kata Lenny dalam webinar Hari Anak Nasional, Senin (27/7/2020). 

Ilustrasi puntung rokok. (Shutterstock)
Ilustrasi puntung rokok. (Shutterstock)

Prevalensi itu meleset dari target pemerintah yang merencanakan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengan Nasional 2019 yang menargetkan perokok anak dan remaja turun hingga 5,4 persen. Sementara itu, kenaikan prevalensi juga terjadi pada perokok perempuan. 

Baca Juga: Cegah Anak-anak Beli Rokok, Mensos Juliari Usul Harga Rokok Jadi Rp 100.000

Data Riskesdas juga menunjukan bahwa kenaikan prevalensi perokok pada perempuan usia 15 tahun ke atas naik dua kali lipat. Sebelumnya, jumlah perokok perempuan di Indonesia hanya  2,5 persen pada 2016, namun meningkat menjadi 4,8 persen pada 2018.

Sedangkan penurunan terjadi pada perokok laki-laki usia 15 tahun ke atas dengan rentang waktu yang sama. Pada 2016 jumlah perokok laki-laki sebanyak 68,1 persen kemudian turun jadi 62,9 persen pada 2018.

Prevalensi perokok yang masih ditinggi itu dinilai karena harga rokok yang masih murah dan mudah dijangkau. Meski begitu, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio N. Kacaribu mengklaim, harga rokok terus naik sejak 2013-2018.

"Sejak 2013 sampai 2018, harga rokok relatif masih mahal terhadap pendapatan masyarakat. Yang membuat lebih mahal karena pemerintah menaikan harga cukai," kata Febrio dalam kesempatan webinar yang sama. 

Namun, harga rokok kembali lebih murah terhadap pendapatan masyarakat pada 2019. Menurut Febrio, pada tahun itu, kondisi yang terjadi tidak memungkinkan pemerintah untuk menaikan harga cukai rokok. Akibatnya, produksi rokok meningkat 7,3 persen pada 2019.

Baca Juga: Lindungi Anak-Anak, Mensos Usul Harga Rokok Rp 100.000 per Bungkus

"Kita harus membuat rokok tidak murah bagi anak-anak. Jangan terlalu terjangkau," katanya.

Menurut Febrio, dari tahun ke tahun harga rokok selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata 9,3 persen per tahun. Ia juga memastikan bahwa tahun ini pemerintah akan menaikan harga cukai rokok. Dengan begitu diharapkan bisa menekan prevalensi perokok di Indonesia.

"Kebijakan tarif Cukai dalam beberapa tahun terakhir mempengaruhi pertumbuhan negatif produksi hasil tembakau," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI