Suara.com - Setiap manusia berpotensi mengalami trauma fisik maupun psikologis. Secara medis dijelaskan bahwa trauma merupakan cara tubuh untuk bertahan dari situasi yang berbahaya atau tidak menyenangkan.
Psikiater dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ menjelaskan, trauma terjadi akibat pengalaman yang tidak bisa ditahan. Apabila pengalaman itu tidak menyenangkan, tetapi diri masih sanggup menahan maka tidak akan menjadi trauma.
"Sebenarnya trauma sistem pertahanan tubuh. Badan ini tugasnya survive, kalau ada yang mengancam maka tugas tubuh adalah mempertahankan agar tetap selamat," jelasnya dalam webinar, Minggu (26/7/2020).
Trauma fisik bisa berupa memar jika tubuh terbentur sesuatu hingga menimbulkan rasa sakit.
Baca Juga: Studi: Orang yang Miliki Trauma Masa Lalu Bisa Terlihat dari Mata
Sementara itu, menurut Jiemi, trauma yang bersifat emosional akan kebih menimbulkan masalah. Misalnya, trauma yang disebabkan karena orangtua marah atau orangtua yang tidak peduli.
"Jika pengalaman itu begitu membahayakan maka tubuh akan tetap mempertahankan agar tetap aman dengan cara yang macam-macam. Sehingga yang sudah terlewati belum tentu sudah selesai," ujarnya.
Kondisi itu yang kemudian menyebabkan trauma bisa datang berulang. Pada webinar yang sama, psikiater dr. Andreas Kurniawan juga menjelaskan bahwa trauma emosional juga bisa mempengaruhi kondisi fisik.
Hal itu disebabkan tubuh manusia terdiri dari psiko (psikologis) neuro (saraf) imuno (kekebalan tubuh) dan endokrinologi (hormon).
"Kalau terjadi kesalahan di salah satunya, keempat itu akan terganggu semua. Ini yang sering kelihatan ketika perempuan dalam usia subur tapi mengalami stres berkepanjangan yang terjadi biasanya siklus menstruasi akan berubah. Untuk laki-laki bisa mengalami gangguan ereksi hingga menyebabkan impoten. Padahal kalau diperiksa secara hormonal gak ada masalah," ujarnya.
Baca Juga: Disiksa Ayah Kandung karena Jemur Pakaian Salah, Bocah 12 Tahun Trauma