Latih Sosialisasi Anak Selama Pandemi, Orangtua Bisa Gunakan Video Call

Minggu, 26 Juli 2020 | 14:30 WIB
Latih Sosialisasi Anak Selama Pandemi, Orangtua Bisa Gunakan Video Call
Ilustrasi video call. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anjuran tetap berada di rumah selama pandemi Covid-19 dipastikan akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak, terutama yang masih balita.

Psikologi anak dari Tiga Generasi Saskhya Aulia Prima, M.Psi menjelaskan bahwa bagi anak-anak interaksi secara langsung akan lebih terasa menyenangkan. Tetapi dalam kondisi saat saat ini, layanan panggilan video bisa dimanfaatkan asalkan dengan batas waktu tertentu.

Ia menyampaikan bahwa penggunaan gawai sebaiknya mulai digunakan untuk anak usia dua tahun ke atas dengan batasan waktu 1-2 jam per hari.

"Utamakan video call dulu, yang penting dosis video call diatur, jangan terlalu banyak. Batas waktunya juga jangan dihabiskan langsung dalam satu kali pakai," kata Saskhya dalam konferensi virtual BNPB, Minggu (26/7/2020).

Baca Juga: Protokol Kesehatan Penyembelihan Hewan Kurban Menurut MUI

Ilustrasi video call. [Shutterstock]
Ilustrasi video call. [Shutterstock]

Melalui panggilan video itu, anak tetap bisa berinteraksi dengan teman-teman sebaya juga gurunya.

Namun karena waktu panggilan video terbatas, Saskhya menyampaikan bahwa orang-orang di rumah tetap yang paling berperan dalam mengembangkan perkembangan sosial anak.

"Jadi perkembangan sosialisasi ini bukan hanya ketika ia ngobrol dengan temannya, tapi bagaimana dia bergantian ngomong, berpikir konteks itu seperti apa, dan juga bagaimana menahan emosi," jelasnya.

Ia mencontohkan, anak bisa diajak bermain bersama dengan pura-pura memeragakan peran dan jalan cerita tertentu.

Sehingga akan terjalin komunikasi antara anak dan orangtua.

Baca Juga: Update Covid-19 Global: Yaman Terancam Akibat Perang dan Pandemi Covid-19

Menurut Saskhya, aktivitas bersama itu bertujuan untuk menjaga kemampuan sosial dan emosi anak.

Stimulus sosialisasi itu juga dinilai sebagai latihan jika nanti anak akan kembali bersekolah tatap muka dan kembali bertemu lingkungan luar.

"Setiap anak karakternya beda. Ada anak yang langsung bisa senang saat akan kembali ke sekolah bertemu teman-teman, tapi ada yang butuh waktu lebih lama, dan ada yang susah banget. Mungkin nanti kalau sudah kembali lagi ke sekolah, seminggu sebelum masuk kita ke rute sekolah tiap hari. Supaya secara sosial dia jadi lebih siap" tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI