Barack Obama Ternyata Didiagnosis Idap Short Sleeper Syndrome, Apa Itu?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 24 Juli 2020 | 19:40 WIB
Barack Obama Ternyata Didiagnosis Idap Short Sleeper Syndrome, Apa Itu?
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di balik keberhasilannya yang pernah menjabat sebagai presiden Amerika Serikat, Barrack Obama ternyata memiliki gangguan tidur langka yang dikenal dengan Short sleeper syndrome (SSS).

Kondisi ini sangat langka, dan memengaruhi sekitar satu persen dari populasi. Sayangnya tidak banyak yang tahu tentang gangguan ini. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan short sleep syndrome itu?

Dilansir dari Healthline, short sleeper syndrome (SSS) adalah kondisi tidur yang ditandai dengan tidur kurang dari enam jam setiap malam. Kebanyakan orang dewasa membutuhkan tujuh jam atau lebih tidur setiap malam untuk merasa istirahat di pagi hari.

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama. (Shutterstock/Everett Collection)
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama. (Shutterstock/Everett Collection)

Namun, mereka yang menderita SSS dapat berfungsi secara normal sepanjang hari meskipun kurang tidur. Mereka tidak perlu tidur siang atau tidur lebih dari biasanya untuk pulih dari kurang tidur. Orang-orang ini berbeda dari mereka yang tidur pendek yang memilih untuk membatasi tidur mereka.

Baca Juga: Waspada Insomnia Kronis, Gangguan Tidur yang Terjadi Lebih dari 3 Bulan

Kebutuhan tidur minimal terjadi secara alami untuk orang dengan SSS. Mereka tidak sengaja membatasi atau menghindari tidur. Bahkan, pola tidur pendek mereka adalah sama di sebagian besar malam, termasuk akhir pekan dan hari libur.

Pola tidur singkat biasanya dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut hingga dewasa. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa SSS dapat dikaitkan dengan mutasi gen.

Sebuah studi tahun 2014 di University of Pittsburgh menemukan bahwa sebagian kecil orang memiliki gen tidur pendek. Studi tersebut membandingkan kembar identik, yang membawa mutasi gen tidur pendek dan yang tidak memiliki mutasi ini.

Si kembar melakukan tugas kognitif setelah tidur yang sama malam sebelumnya. Si kembar yang membawa mutasi tidur pendek mengungguli saudara kembar identik mereka yang tidak memiliki mutasi.

Perubahan gen ini memungkinkan mereka dengan mutasi untuk berpikir dan berfungsi secara normal dengan kurang tidur dibandingkan yang lain. Perubahan ini juga ditemukan pada ibu dan anak perempuan yang secara rutin tidur rata-rata 6,25 jam setiap malam, dibandingkan dengan anggota keluarga mereka yang tidur sekitar 8 jam secara teratur.

Baca Juga: Atasi Gangguan Tidur akibat Bekerja dari Rumah, Lakukan 5 Langkah Ini!

Ketika mutasi gen yang sama ini direkayasa menjadi tikus dan lalat buah, kedua spesies secara alami tidur kurang dari rekan-rekan mereka tanpa perubahan gen.

Namun, para peneliti mencatat bahwa memahami kompleksitas tidur manusia tidak dijelaskan oleh gen tunggal. Para ilmuwan percaya banyak gen terlibat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI