"Akses pada pendidikan yang tidak seimbang ini menjelaskan mengapa anak miskin sulit keluar dari jerat kemiskinan.
Contoh terdekat adalah ketika anak-anak dari keluarga miskin tidak memiliki akses internet untuk sekolah daring selama pandemi. Belum lagi perbedaan pola asuh pada keluarga miskin dan keluarga berkecukupan.
"Anak-anak dari keluarga miskin mengaku bahwa orangtua mereka cenderung mudah marah dan memberi hukuman saat tahu anaknya menghadapi masalah," catat Diningrat.
Mereka hanya mendapat kemarahan tanpa tahu bagaimana cara memecahkan masalah.
Baca Juga: Begini Cara Ajarkan Konsep Uang Kepada Anak Menurut Perencana Keuangan
"Pola pengasuhan tentu sangat berkaitan dengan tingkat pendidikan orangtua. Kita tahu, bahwa sekitar 63 persen penduduk miskin di Indonesia hanya memperoleh pendidikan setara sekolah dasar atau tidak bersekolah sama sekali," tambahnya.
Tak hanya itu, kemiskinan juga dekat dengan gizi buruk yang pada gilirannya akan berpengaruh pada kurangnya asupan energi ke otak.
Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U, Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Pelayanan Kesehatan, mengatakan kasus malnutrisi yang terjadi di daerah urban sering disebabkan oleh kemiskinan.
"Penyebabnya banyak, orang sakit juga bisa jadi malnutrisi. Tapi secara umum itu kemiskinan dan akses pelayanan kesehatan. Di daerah urban kebanyakan kemiskinan," ujarnya di sela-sela acara Asian Congress of Nutrition 2019 di Bali, Minggu (4/8/2019).
Baca Juga: Hari Anak Nasional, 28 dari 100 Bocah di Indonesia Masih Alami Stunting