"Kami memantau data anak terinfeksi dan trennya naik. Kami mengalisa dari tren kasus anak awalnya dianggap tidak rentan tapi faktanya banyak yang menjadi korban," kata Ketua Pokja Penanganan Covid-19 KPAI, Jasra Putra.
Pendidikan dan Ancaman Covid-19 pada Anak
Akibat tingginya kasus infeksi, Anggraini memperingatkan pemerintah untuk tidak gegabah membuka kembali sekolah.
Menurutnya, jangankan Indonesia dengan kasus yang terus meningkat, beberapa negara maju yang berhasil menekan kasus saja masih gamang untuk kembali membuka sekolah.
Baca Juga: Google Doodle Hari Ini Menampilkan Keceriaan Hari Anak
"Sudah banyak contoh di Wuhan China, Denmark, Korea Selatan, Norwegia, Australia, Jerman banyak sekali sudah coba sekolah dibuka, tapi akhirnya tutup lagi, dan mereka (negara maju) itu tesnya bagus," ungkapnya.
Temuan kasus baru setelah sekolah tatap muka kembali dibuka di beberapa negara, kata Anggraini juga menunjukkan penularan terjadi tidak hanya ke sesama siswa tapi juga guru dan orangtua.
"Simpanlah anak di rumah di garda yang pertahanan belakang, biarlah yang dewasa cari uang karena ekonomi dan harus menghidupi keluarganya, namun disiplin pencegahannya," sambungnya.
Di sisi lain, Jasra Putra juga menyoroti bagaimana dunia pendidikan serta anak, lekat dengan munculnya klaster baru penyebaran Covid-19.
"Ada klaster Pondok Pesantren di Gontor, ada kalster panti asuhan di Kalsel ini. Ini yang jadi kekhwatiran kita. Zona hijau sekolan tatap muka mesti dicek betul sesuai protokol kesehatan, tersedia tidak infrastukturnya?" kata Jasra.
Baca Juga: Hari Anak Nasional, 5 Penyanyi Tanah Air Akan Gelar Konser Amal Online
Alirkan Optimisme Pada Anak saat Pandemi