"Survei ini diikuti oleh 11.989 orang tua dan 4.698 guru. Survei ini juga diperkaya oleh sumber-sumber sekunder terpercaya. Kami melihat potensi krisis terhadap anak cukup besar. Kami menyengajakan tema kekerasan dan eksploitasi untuk dikampanyekan berbarengan dengan Hari Anak Nasional agar sesuai dengan tema yang diusung oleh pemerintah," kata Tata.
Selain itu kata Tata, sebanyak 2.100 anak Indonesia 11-17 tahun telah berpartisipasi dalam Global Study yang dilakukan secara serentak di lebih dari 52 negara di dunia.
Dalam survei ini, anak-anak berkesempatan untuk menceritakan kondisi, pendapat, dan pesan serta harapan mereka kepada para pemimpin seperti menteri dan presiden, juga anak-anak lain di seluruh dunia.
Lebih dari 5.000 orang tua juga berpartisipasi untuk mengetahui dampak Covid-19 bagi bagi keluarga, khususnya kondisi kesejahteraan (well-being) anak-anak. Mereka yang turut partisipasi termasuk dari wilayah perkotaan, daerah rawan bencana, pedesaan, dan tempat pengungsian hingga daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
Baca Juga: Hari Anak Nasional, 5 Penyanyi Tanah Air Akan Gelar Konser Amal Online
Save The Children melaksanakan Kampanye #PulihBersama dan dalam pekan ini akan melaksanakan 2 Kegiatan Webinar dan 1 Kegiatan Talkshow yang tentunya membahas soal kekerasan dan eksploitasi terhadap anak. Webinar pertama bertema Rangkul Keluarga Cegah Kekerasan pada tanggal 22 Juli.
Kemudian Webinar kedua mengangkat tema “Kekerasan pada Anak di Rumah. Urusan Domestik atau Publik?” pada tanggal 27 Juli. Ketiga adalah Talkshow dengan tema “Kekerasan pada Anak di Rumah. Mengapa Terjadi dan Bagaimana Menyikapinya?” berlangsung pada tanggal 28 Juli.
Selain mengkampanyekan tujuh krisis, ada serangkaian aksi untuk berkontribusi dalam mengatasi masalah akibat pandemi Covid-19 dengan menyerahkan bantuan perlengkapan kebersihan diri, perlengkapan sekolah, alat perlindungan diri dan alat permainan kepada anak di LKSA, orangtua dengan anak disabilitas.