Jeremy Teti Sakit Jantung dan Batu Ginjal, Apakah Saling Berkaitan?

Rabu, 22 Juli 2020 | 20:01 WIB
Jeremy Teti Sakit Jantung dan Batu Ginjal, Apakah Saling Berkaitan?
Jeremy Teti [Suara.com/Ismail]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kabar kurang baik datang dari news anchor Jeremy Teti yang sedang menderita penyakit jantung dan batu ginjal. Pria 52 tahun itu mengaku sudah dua kali terkena batu ginjal dalam setahun ini.

"Setahun ini sudah dua kali kena, Januari kena, bulan Juni juga kena. Aduh ini ada apalagi dengan batu-batuan dalam tubuhku," katanya di kanal YouTube Cumicumi pada Rabu (15/07/2020).

Dilansir dari MDedge, batu ginjal ditemukan pada 11 persen populasi dan pria 2 kali lebih berisiko menderita penyakit ini daripada wanita. Pasien dengan kondisi metabolisme mendasar, seperti obesitas, diabetes, hipertensi, hiperurisemia, hiperkolesterolemia dan penyakit ginjal kronis jauh lebih berisiko terkena batu ginjal.

Mereka juga mungkin berisiko menderita penyakit jantung. Tapi, apakah penyakit batu ginjal yang menyebabkan penyakit jantung atau sebaliknya?

Awalnya, para profesional medis mengira orang yang terkena batu ginjal merupakan kelompok dengan faktor risiko penyakit jantung. Karena, masalah metabolisme ditemukan pada kedua kelompok.

Jeremy Teti [Suara.com/Ismail]
Jeremy Teti [Suara.com/Ismail]

Temuan batu ginjal pada pasien jantung adalah penemuan yang kebetulan. Namun, sebuah penelitian dalam American Journal of Kidney Disease telah mengubah konsep tersebut.

Liu dan rekannya telah melakukan meta-analisis studi yang melibatkan lebih dari 3,5 juta pasien untuk mencari tahu hubungan batu ginjal dengan penyakit jantung.

Pada tahun 1973, Westlund melaporkan bahwa pasien yang menderita batu ginjal kemungkinan memiliki infark miokard (MI). Tapi, Westlund tidak bisa mengidentifikasi peningkatan risiko MI pada pembentuk batu ginjal di pria.

Pada tahun 1976, Elmfeldt dan rekannya melaporkan infark miokard dua kali lebih banyak pada subjek penelitian dengan batu ginjal. Namun di tahun yang sama, Ljunghall dan Hedstrand tidak dapat menemukan korelasi antara batu ginjal dan penyakit jantung pada pria paruh baya.

Baca Juga: Salah Satu yang Terdepan, Kapan Vaksin Virus Corona Oxford Tersedia?

Liu dan kelompoknya memutuskan menggunakan sistem bertingkat untuk meneliti studi pasien batu ginjal yang menunjukkan tanda-tanda penyakit jantung. Mereka melakukan meta-analisis membandingkan 50 ribu pasien dengan batu ginjal dan lebih dari 3,5 juta pasien tanpa batu ginjal.

Ilustrasi batu ginjal. [Shutterstock]
Ilustrasi batu ginjal. [Shutterstock]

Para peneliti mengidentifikasi batu ginjal sebagai faktor risiko yang dapat diidentifikasi secara terpisah untuk penyakit jantung.

Faktanya, tim studi Liu dapat mengukur dengan tepat seberapa besar risiko penyakit jantung pada pasien batu ginjal.

Mereka menggunakan plot data hasil multivariat dan mendefinisikan penyakit jantung menggunakan titik akhir yang keras (MI fatal atau nonfatal atau revaskularisasi koroner).

Hasilnya, mereka menemukan peningkatan 19 persen penyakit jantung pada pasien batu ginjal. Lalu, pasien dengan batu ginjal memiliki tingkat stroke 40 persen lebih tinggi.

Tapi, Liu dan rekannya melihat faktor risiko ini berdasarkan jenis kelamin. Lalu, ia menemukan wanita dengan batu ginjal memiliki tingkat penyakit jantung dan stroke yang lebih tinggi daripada pria.

Wanita dengan batu ginjal memiliki risiko stroke 40 persen lebih tinggi dan penyakit jantung 31 persen lebih tinggi daripada pria.

Sedangkan, peningkatan risiko penyakit jantung dan stroke untuk pasien pria batu ginjal pria tidak signifikan secara statistik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI