Suara.com - Vitamin B12 memainkan peran penting dalam tubuh dengan membantu menjaga saraf dan sel-sel darah tubuh tetap sehat dan membantu membuat DNA. Namun, kebanyakan orang tidak menyadari kontribusinya yang cukup besar, karena mereka belum mengalami kekurangan B12.
Dilansir dari Express, kelompok tertentu bisa lebih rentan terhadap B12 tingkat rendah daripada yang lain. Mereka yang hidup dengan anemia pernisiosa berada pada risiko tertinggi.
Anemia pernisiosa adalah penyakit autoimun yang mencegah tubuh membuat faktor intrinsik, protein yang dibuat oleh lambung dan diperlukan untuk menyerap vitamin B12 dalam usus.
Terlepas dari penyebabnya, kekurangan vitamin B12 secara umum bisa menghasilkan berbagai efek yang mengganggu. Beberapa kelainan yang paling akut dikaitkan dengan gejala neurologis.
Baca Juga: Kenaikkan Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Ganggu Psikologis Masyarakat
Banyak laporan kasus mendokumentasikan dampak psikologis yang mengerikan akibat kekurangan vitamin B12.
Satu laporan kasus penting melibatkan seorang pria berusia 52 tahun dengan psikosis yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Pria itu menunjukkan ciri-ciri psikotik, seperti delusi tentang penganiayaan.
Delusi penganiayaan adalah suatu bentuk psikosis di mana seseorang percaya bahwa orang lain akan mencelakakan mereka meskipun pada kenyataanya tidak demikian.
Gejala delusi ini juga dilaporkan dalam sebuah studi kasus yang melibatkan seorang pria berusia 27 tahun yang dibawa ke klinik neurologi di Zambia.
Pemeriksaan mengungkapkan seorang pasien mengalami halusinasi pendengaran dan verbal yang menuduh pemeriksa mencoba menyakitinya.
Baca Juga: Efek Lain Covid-19, Bikin Pasien Halusinasi dan Mimpi Buruk
Menariknya, kedua pasien yang diberi vitamin B12 mengalami remisi atau membaik secara nyata.