Suara.com - Virus corona Covid-19 berkembang lebih buruk dalam cuaca dingin, karena udara kering dari pemanas sentral dalam ruangan bisa mempercepat penyebaran virus.
Sebelumnya, analisis menunjukkan bawa tingkat keparahan virus corona Covid-19 akan menurun pada cuaca yang lebih hangat atau musim panas.
Tetapi, para ahli memperingatkan bahwa analisis itu bisa melukiskan gambaran suram karena musim berubah menjadi lebih dingin di tengah pandemi virus corona Covid-19 yang belum usai.
Para peneliti pun menganalisis data dari 6.914 pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit dengan virus corona Covid-19 di Kroasia, Spanyol, Italia, Finlandia, Polandia, Jerman, Inggris dan China.
Baca Juga: RSD Wisma Atlet Rawat 1.389 Pasien, Positif Corona Bertambah 61 Orang
Mereka memetakan analisis ini sesuai suhu lokal dan memperkirakan kelembapan dalam udara. Mereka pun menemukan bahwa pasien dalam kondisi parah yang dibawa ke rumah sakit, masuk ke ICU dan membutuhkan ventilator pun menurun di sebagian besar negara-negara Eropa selama pandemi, akibat transisi dari musim dingin ke awal musim panas.
Penelitian yang belum ditinjau oleh rekan sejawat menunjukkan adanya penurunan tingkat kematian akibat penyakit tersebut.
Para peneliti King's College London, mengatakan ada sekitar 15 persen penurunan angka kematian untuk setiap kenaikan suhu satu derajat celcius.
Sebaliknya, tingkat keparahan gejala dan angka kematian tetap konstan di China selama gelombang pertama pandemi virus corona Covid-19. Hal itu terjadi di sepanjang musim dingin.
Penelitian ini juga melihat data lebih dari 37 ribu pengguna aplikasi Covid Symptom Study yang melaporkan gejala virus corona Covid-19 secara konsisten.
Baca Juga: Benarkah Rambut Rontok Tanda Virus Corona Covid-19? Ini Penjelasannya!
Hasilnya, menunjukkan adanya penurunan serupa dalam keparahan gejala yang terjadi sejak Maret hingga Mei 2020 ketika suhu cuaca di Inggis naik.