Suara.com - Semua orang tentu pernah merasa bosan, yang umumnya terjadi saat kita merasa tidak bergairah untuk melakukan rutinitas yang biasanya membuat semangat.
Ilmuwan psikolog John Eastwood dari York University di Ontario, Kanada, mendefinisikan kebosanan sebagai "suatu kondisi keengganan untuk menginginkan, tetapi tidak mampu, untuk terlibat dalam aktivitas yang memuaskan", ini muncul dari kegagalan di salah satu jaringan perhatian otak.
Dilansir Live Science, meski nampaknya tidak berbahaya, dan sedikit dipahami, kebosanan bisa menjadi kondisi kronis yang dapat menyebabkan masalah seperti penyalahgunaan obat terlarang, konsumsi alkohol, judi, dan berpesta.
Bahkan, kebosanan di tempat kerja dapat menyebabkan kecelakaan serius bagi pengemudi truk, pekerja rumah sakit, dan karyawan lain yang perlu kewaspadaannya tinggi.
Baca Juga: Bunda Wajib Tahu, Ini Tanda Bayi Gumoh Perlu Perhatian Khusus
Berdasarkan Psychology Today, kebosanan dapat disebabkan oleh:
1. Pikiran yang monoton
Kebosanan mirip dengan kelelahan mental dan disebabkan oleh pengulangan dan kurangnya minat pada detail tugas. Seperti tugas yang membutuhkan perhatian terus menerus dan menunggu.
Secara umum, terlalu banyak hal yang sama dan terlalu sedikit stimulasi dapat menyebabkan seseorang tidak memiliki keinginan dan merasa terperangkap.
2. Kebutuhan akan sesuatu yang baru
Baca Juga: Mason Greenwood Jadi Pusat Perhatian, Marcus Rashford Beri Wejangan
Beberapa orang lebih cenderung mudah bosan daripada yang lain. Orang-orang dengan kebutuhan yang kuat akan sesuatu yang baru, kegembiraan, dan variasi, berisiko mudah bosan.
Kebutuhan stimulasi atau pemicu eksternal dapat menjelaskan mengapa orang ekstrovert cenderung rentan terhadap kebosanan.
Mencari hal baru dan mengambil risiko adalah cara orang-orang ini 'mengobati diri' sendiri untuk menyembuhkan kebosanan mereka.
3. Masalah perhatian
Kebosanan terkait dengan masalah dengan perhatian. Apa yang membuat kita bosan tidak pernah sepenuhnya menarik perhatian kita.
Orang dengan masalah perhatian kronis, seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), memiliki kecenderungan tinggi untuk bosan.
4. Kesadaran emosional
Orang yang kurang memiliki kesadaran diri lebih rentan terhadap kebosanan. Mereka tidak dapat mengartikan apa yang dia inginkan.
Mereka kesulitan menggambarkan perasaan, ketidakmampuan untuk mengetahui apa yang akan membuat seseorang bahagia dapat menyebabkan kebosanan lebih mendalam.
5. Kurangnya otonomi
Orang-orang merasa bosan ketika mereka merasa terjebak, seperti merasa mandek atau dibatasi sehingga kehendak mereka tidak terkabul.
Misalnya, masa remaja adalah masa puncak kebosanan, terutama karena anak-anak dan remaja tidak diberi banyak kendali atas apa yang ingin mereka lakukan.