Kasus Baru Covid-19 di Hong Kong Naik, Pakar Sarankan Lock Down Lagi

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 21 Juli 2020 | 11:11 WIB
Kasus Baru Covid-19 di Hong Kong Naik, Pakar Sarankan Lock Down Lagi
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meningkatnya kasus baru virus Corona Covid-19 di Hong Kong menimbulkan kekhawatiran terkait pemberlakukan lockdown.

Dilansir ANTARA, otoritas kesehatan di Hong Kong pada Senin (20/7), melaporkan 73 kasus baru, lebih sedikit dibandingkan sehari sebelumnya yang mencapai 108. Meski begitu, masyarakat setempat khawatir kotanya akan ditutup total jika situasi tersebut tidak segera dikendalikan.

Pakar mikrobiologi Hong Kong Yeun Kwok Yung kepada radio setempat mengatakan bahwa jika kasus Covid-19 terus bertambah secara geometris dalam tujuh hingga 14 hari kemudian, maka pemerintah kota perlu membatasi mobilitas masyarakat yang lebih mirip lockdown, meskipun saat ini sudah ada peningkatan upaya pencegahan.

Saat ini masyarakat yang keluar-masuk Hong Kong harus menjalani karantina dan tindakan-tindakan pencegahan lainnya.

Baca Juga: Inovasi Baru, Ada Rantai Masker Kece Untuk Digunakan Sehari-hari!

Sangat mungkin pemerintah Hong Kong akan membatasi pergerakan masyarakat kalau situasi seperti ini terus memburuk, demikian pernyataan Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam kepada pers, Minggu (19/7).

Sementara itu, para pakar masih percaya pemerintah setempat mampu mengontrol wabah tersebut setelah ada pengetatan kebijakan, termasuk mewajibkan masyarakat mengenakan masker di dalam angkutan umum untuk mencegah penyebaran virus.

Direktur Jurusan Kesehatan Masyarakat pada University of Hong Kong Prof Keiji Fukuda justru tidak yakin situasi saat ini akan memicu terjadinya lockdown.

Di kota-kota besar seperti Hong Kong, memang ada kemungkinan naiknya kasus penularan yang tidak dikenal, ujarnya dikutip Global Times.

Namun menurut dia, jika tindakan pencegahan, seperti jaga jarak, pemakaian masker, dan cuci tangan masih dilaksanakan dalam level tertentu, maka sangat mungkin jumlah kasusnya akan turun.

Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik Meningkat di Tengah Pandemi COVID-19

Ia menilai Hong Kong mampu melakukannya karena pencegahan di pos-pos perbatasan sangat ketat.

Para pengunjuk rasa melihat ke arah sekelompok polisi anti huru hara di kawasan Mongkok, Hong Kong, Rabu (27/5). [Anthony Wallace / AFP]
Para pengunjuk rasa melihat ke arah sekelompok polisi anti huru hara di kawasan Mongkok, Hong Kong, Rabu (27/5). [Anthony Wallace / AFP]

Senada dengan Fukuda, Prof Jin Dongyan dari Jurusan Sains Biomedika di University of Hong Kong, mengatakan bahwa Hong Kong tidak akan terpuruk dalam situasi yang sangat parah.

Menurut dia, tingginya kasus belakangan ini dipicu oleh jangkauan tes Covid-19 yang makin meluas.

"Gelombang baru ini sebagai dampak dari kejenuhan masyarakat dalam menerapkan pencegahan. Kalau mematuhi kebijakan yang sangat ketat, nanti bisa diketahui hasilnya. Sebagai pusat keuangan internasional, Hong Kong memiliki interaksi yang sangat tinggi dengan dunia luar. Jadi tidak realistis bagi Hong Kong untuk di-lockdown," ujarnya.

Jin yakin sejumlah rumah sakit di Hong Kong mampu menangani 100 pasien baru per hari.

Beberapa orang tua penghuni panti jompo mungkin akan menjadi beban tersendiri bagi rumah sakit karena membutuhkan perawatan yang lebih lama.

Namun, lanjut dia, bagi pasien bergejala ringan bisa dipindahkan ke bangsal darurat untuk mengurangi beban rumah sakit.

Jika memang tidak mampu mengatasi wabah Covid-19, Jin menyarankan Hong Kong meminta bantuan pemerintah pusat di Beijing.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI