Suara.com - Meningkatnya kasus baru virus Corona Covid-19 di Hong Kong menimbulkan kekhawatiran terkait pemberlakukan lockdown.
Dilansir ANTARA, otoritas kesehatan di Hong Kong pada Senin (20/7), melaporkan 73 kasus baru, lebih sedikit dibandingkan sehari sebelumnya yang mencapai 108. Meski begitu, masyarakat setempat khawatir kotanya akan ditutup total jika situasi tersebut tidak segera dikendalikan.
Pakar mikrobiologi Hong Kong Yeun Kwok Yung kepada radio setempat mengatakan bahwa jika kasus Covid-19 terus bertambah secara geometris dalam tujuh hingga 14 hari kemudian, maka pemerintah kota perlu membatasi mobilitas masyarakat yang lebih mirip lockdown, meskipun saat ini sudah ada peningkatan upaya pencegahan.
Saat ini masyarakat yang keluar-masuk Hong Kong harus menjalani karantina dan tindakan-tindakan pencegahan lainnya.
Baca Juga: Inovasi Baru, Ada Rantai Masker Kece Untuk Digunakan Sehari-hari!
Sangat mungkin pemerintah Hong Kong akan membatasi pergerakan masyarakat kalau situasi seperti ini terus memburuk, demikian pernyataan Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam kepada pers, Minggu (19/7).
Sementara itu, para pakar masih percaya pemerintah setempat mampu mengontrol wabah tersebut setelah ada pengetatan kebijakan, termasuk mewajibkan masyarakat mengenakan masker di dalam angkutan umum untuk mencegah penyebaran virus.
Direktur Jurusan Kesehatan Masyarakat pada University of Hong Kong Prof Keiji Fukuda justru tidak yakin situasi saat ini akan memicu terjadinya lockdown.
Di kota-kota besar seperti Hong Kong, memang ada kemungkinan naiknya kasus penularan yang tidak dikenal, ujarnya dikutip Global Times.
Namun menurut dia, jika tindakan pencegahan, seperti jaga jarak, pemakaian masker, dan cuci tangan masih dilaksanakan dalam level tertentu, maka sangat mungkin jumlah kasusnya akan turun.
Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik Meningkat di Tengah Pandemi COVID-19
Ia menilai Hong Kong mampu melakukannya karena pencegahan di pos-pos perbatasan sangat ketat.