Sebelum Tentukan Pola Asuh, Orangtua Baiknya Pahami Dulu Perilaku Anak

Risna Halidi Suara.Com
Minggu, 19 Juli 2020 | 17:26 WIB
Sebelum Tentukan Pola Asuh, Orangtua Baiknya Pahami Dulu Perilaku Anak
Ilustrasi anak. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Untuk memahami pola asuh dan cara menghadapi anak, orangtua diminta lebih dulu memahami sebab di balik perilaku anak.

Hal tersebut diungkapkan psikolog anak & remaja sekaligus Founder dan Direktur Jakarta Child Development Center (JCDC), Nadia Emanuella Gideon.

Nadia mengatakan, kebanyakan orang memahami dua perilaku yakni perilaku positif dan perilaku negatif. Padahal di balik dua hal tersebut, perilaku tak pernah berdidi sendiri dan selalu diiringi alasan.

"Perilaku anak yang pernah dimunculkan oleh anak misalnya teriak, menarik-narik, memukul, dianggap sebagai kebiasaan buruk. Padahal semestinya kita perlu memahami jika pasti ada sesuatu yang terjadi di balik perilaku yang dianggap negatif," kata Nadia seperti yang dikutip dari Antara, Minggu (19/7/2020).

Baca Juga: Gaya Pola Asuh Kate Middleton Saat Pandemi, Bisa Ditiru Nih Bun!

Perilaku anak juga dianggap bisa menjadi acuan orangtua dalam menentukan pola asuh. Lalu bagaimana bisa memahami perilaku anak?

Menurut Nadia, perkembangan anak perlu dimulai dan didasari saat ada interaksi dan koneksi yang hangat antara anak dengan orangtua ataupun orang dewasa di sekitar anak.

Salah satu pendekatan yang terbukti berhasil membantu mengatasi perilaku sulit pada anak dan mendorong optimalisasi perkembangannya adalah DIR Floortime.

Pendekatan DIR Floortime melihat bagaimana perkembangan anak dan memahami serta mendorong keunikan individu didasari proses yang menyenangkan dan berbasis interaksi antara anak dengan orang di sekitarnya.

"Hubungan tersebut dilihat sebagai bensin dari perkembangan anak,” kata Nadia.

Baca Juga: Fenomena Perokok Anak, Kegagalan Pola Asuh atau Manipulasi Industri?

Pendekatan ini melihat dari perkembangan saraf, melihat dari keunikan setiap individu dan tidak hanya fokus pada perubahan perilaku saja, tetapi juga mengoptimalkan perkembangan dan meningkatkan kualitas hidup anak.

Mereka yang memiliki kelainan perkembangan, trauma, memiliki permasalahan dalam emosi, autisme, dan orang-orang pada umumnya juga bisa mendapatkan manfaat dari pendekatan tersebut.

Pendekatan ini pada umumnya berfokus pada penciptaan interaksi pembelajaran yang bermakna secara emosional, yang mendorong enam kapasitas perkembangan dasar anak.

Pada akhirnya,  pendekatan ini diklaim efektif mengembangkan kemampuan anak, mengurangi tingkat stress orangtua dan keresahan orangtua serta bisa dilakukan dari rumah oleh orangtua.

"Hal itu juga dipaparkan melalui bukti-bukti penelitian yang dilakukan secara luas dalam kasus-kasus perkembangan, trauma, emosional, dan masalah lainnya," tutup Nadia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI