Jaga Jarak Dinilai Dapat Mengurangi Penyeraban Covid-19 Hingga 13 Persen!

Jum'at, 17 Juli 2020 | 19:34 WIB
Jaga Jarak Dinilai Dapat Mengurangi Penyeraban Covid-19 Hingga 13 Persen!
Ilustrasi jaga jarak [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berdasarkan sebuah analisis baru dari Amerika Serikat dan Inggris, tindakan jaga jarak dapat membantu memperlambat penyebaran virus corona.

"Rekomendasi yang paling pragmatis adalah menyarankan jaga jarak atau jarak sosial untuk meminimalkan penularan dari orang ke orang dengan maksud meratakan kurva epidemi," tulis para penulis studi, yang dipimpin oleh Dr. Nazrul Islam, ahli epidemiologi-dokter Universitas Oxford dan ahli statistik medis.

Saat ini, kasus virus corona secara global hampir mencapai 14 juta. Sedangkan para ahli dan peneliti lainnya belum menemukan obat serta vaksin yang ampuh untuk Covid-19.

Tetapi belum ada banyak data untuk menunjukkan apakah itu berfungsi atau tidak.

Baca Juga: Kabar Baik, Vaksin Virus Corona Oxford Disebut Beri Perlindungan Ganda

Jadi para peneliti mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang kasus-kasus yang dilaporkan setiap hari dari 149 negara atau wilayah, baik sebelum dan sesudah lima tindakan jaga jarak fisik atau sosial dilakukan.

Ilustrasi jaga jarak (histock)
Ilustrasi jaga jarak (histock)

Dilansir CNN, langkah-langkah tersebut adalah penutupan sekolah, penutupan tempat kerja, penutupan transportasi umum, pembatasan pertemuan massa, dan pembatasan penguncian atau lockdown wilayah.

Hasil analisis peneliti menunjukkan, setiap pengukuran jaga jarak fisik dikaitkan dengan penurunan keseluruhan kasus Covid-19 sebesar 13 persen selama periode penelitian.

"Pembatasan pertemuan massa, dalam kombinasi dengan penutupan sekolah dan tempat kerja, tampaknya menjadi kunci terkait penurunan kasus Covid-19," lapor peneliti dalam studi mereka yang terbit di BMJ, Kamis (16/7/2020).

Namun, Thomas May, profesor riset di Fakultas Kedokteran Elson S. Floyd di Washington State University, mengatakan studi ini dapat bermasalah meski peneliti menggunakan data di dunia nyata.

Baca Juga: Studi: Virus Corona Sebabkan Pembekuan Darah, Bisa Berujung Amputasi!

"Sayangnya, menggunakan hasil seperti itu juga merupakan kelemahan terbesar studi, membuat analisis tergantung pada kualitas data dari pengujian," jelas May.

"Secara khusus, penulis mengandalkan 'kasus yang dilaporkan setiap hari' yang disusun dari 149 negara independen. Jadi, data tunduk pada kualitas variabel, akurasi dan praktik pengujian yang tidak konsisten," tambahnya.

Ia pun mengimbau untuk berhati-hati dalam menafsirkan temuan ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI