Menurutnya, secara umum sudah diketahui bahwa pasien akan mendapatkan sindrom Takotsubo atau sindrom patah hati pada saat mengalami tekanan ekstrem atau selama mengalami bencana alam.
"Tapi ada masalah dengan cara penelitian ini dirancang. Aku tidak percaya semua kasus ini adalah Takotsubo. Sesederhana itu," tandasnya.