Suara.com - 5 Risiko yang Dialami Anak-Anak Selama Pandemi Covid-19
Pandemi covid-19 bisa mengakibatkan dampak langsung maupun tidak langsung kepada anak-anak. Dampak langsung yang bisa terjadi adalah terkait kesehatan dan pengasuhan yang diberikan oleh orangtua atau walinya.
Sedangkan dampak tidak langsung, pandemi ini membuat anak mengalami perubahan rutinitas sehari-hari, seperti metode belajar sekolah dan gangguan layanan penting lainnya.
Spesialis Perlindungan Anak UNICEF Indonesia Ali Aulia Ramly mengatakan ada lima risiko yang rentan dialami anak akibat pandemi Covid-19. Ia menyampaikan, risiko pertama terkait meningkatnya kekerasan di dalam rumah tangga, perlakuan salah dan eksploitasi, khususnya terhadap anak dan perempuan.
Baca Juga: Masih Belajar Online, Ini Siasat Dokter Agar Anak Tidak Kurang Gerak
"Yang bisa kita lakukan mendukung dan membuat ruang aman pada anak. Tentu kita akan mendapat tantangan kalau ruang amannya itu di rumah. Tetapi kita harus terus dorong anak agar bisa belajar dan bebas dari eksploitasi akibat kesulitan ekonomi," katanya dalam webinar bersama AJI Indonesia, Selasa (14/7/2020).
Risiko kedua, berhubungan dengan psikososial anak dan keluarga, juga isu kesehatan mental anak. Ali mengatakan, pemerintah menggelontorkan biaya medis untuk kesehatan mental sebesar Rp 700 miliar per tahun.
Menurut Ali, anak-anak juga berhak mendapatkan informasi secara jelas. Namun informasi bukan hanya dilakukan melalui jejaring internet. Tetapi juga perlu dengan komunikasi langsung agar bisa tersampaikan kepada anak-anak yang tak tersentuh internet.
"Penting juga memperhatikan bagaimana kita terus bekerja dan memastikan lingkungan keluarga positif," ujarnya.
Risiko ketiga, yaitu hilangnya pengasuhan. Anak-anak yang tumbuh di luar pengasuhan keluarganya sendiri berpotensi lebih besar mengalami gangguan kesehatan dan tumbuh kembang. Ali mengatakan, risiko itu rentan dialami oleh anak yang orangtuanya harus menjalani isolasi karena Covid-19.
Baca Juga: Anak Main Media Sosial Selama Pandemi? Begini Baiknya Pendampingan Orangtua
Juga anak-anak yang orangtuanya meninggal setelah terinfeksi virus corona. Menurut Ali, saat awal pandemi, tenaga medis sempat kesulitan melakukan contact tracing dan mencarikan wali bagi anak-anak yang ditinggal oleh orangtuanya.
"Risiko empat, gangguan atau meningkatnya tantangan untuk mengakses layanan bagi anak," ujarnya.
Dari temuannya, ada layanan yang harus berubah pendekatannya. Misalnya menutup sebagian atau hanya bisa memberikan layanan online. Meski begitu, menurut Ali, akses layanan terutama untuk kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak selama pandemi harus tetap berjalan.
Risiko kelima, stigmatisasi pada anak-anak terdampak dan keluarganya. Pasien covid-19 yang sempat mendapat stigma negatif dari masyarakat berdampak pula hingga ke pihak keluarganya
Oleh karena itu, Ali mengatakan bahwa penting adanya penyebaran informasi yang lebih luas terkait pencegahan covid-19 melalui berbagai bentuk media. Perhatian spesifik juga harus diberikan pada komunitas di daerah terpencil dan terisolasi atau penyandang disabilitas.
"Meningkatkan peran tokoh masyarakat, agama, dan adat dalam mengedukasi masyarakat pada fakta-fakta pandemi covid-19," pungkasnya.