Sekjen PERSI: Rapid Test Harus Sesuai Kondisi Pasien

Senin, 13 Juli 2020 | 18:18 WIB
Sekjen PERSI: Rapid Test Harus Sesuai Kondisi Pasien
Ilustrasi rapid test virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rapid test atau tes cepat menjadi salah satu metode deteksi awal infeksi virus corona penyebab sakit Covid-19.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) Lia G Partakusuma menjelaskan, rapid test umumnya digunakan itu untuk memeriksa keberadaan antibodi di dalam tubuh.

Antibodi akan terbentuk jika ada virus yang masuk. Namun Lia menyampaikan butuh beberapa hari, sejak infeksi virus terjadi hingga antibodi bisa terbentuk.

"Pasti ada jeda. Jadi kalau respon pertama, antigen bisa terdetekti hari ketiga sampai seminggu. Kalau antibodi itu biasanya terdeteksi mulai kira-kira enam sampai delalan hari dan bisa deteksi sampai kira-kira dua minggu," jelas Lia saat konferensi virtual BNPB, Senin (13/7/2020). 

Baca Juga: Kemenkes Jelaskan Rincian Biaya Rapid Test Antibodi

Oleh sebab itu, menurut Lia, pemeriksaan virus corona Covid-19 sebaiknya disesuaikan dengan kondisi masing-masing orang.

Ia mengatakan, rapid test antibodi baiknya diberlakukan terhadap orang yang telah memiliki gejala awal Covid-19. 

Karena saat itu bisa jadi antibodi sudah terbentuk dan bisa terdeteksi apakah ada virus corona di dalam tubuh. 

"Memang kira harus teliti dalam memilih jenis tes yang diperlukan untuk setiap kondisi orang, tidak sama. Misal orang bergejala kita bisa gunakan antibodi karena kemungkinan sudah terdeteksi. Tapi untuk orang yang tidak bergejala sepeti apa," kata Lia. 

Ia melanjutkan, PERSI telah meminta agar rumah sakit tidak hanya menyediakan layanan rapid test antibodi tetapi juga rapid test molekuler.

Baca Juga: Studi: Ketahanan Antibodi Pasien Covid-19 yang Sudah Sembuh hanya Sementara

"Apakah itu tes cepat molekuler atau tes cepat biasa atau disebut PCR yang waktunya lebih lama," ujarnya.

Lia juga meminta agar masyarakat mempercayakan kepada dokter dalam menentukan pengecekan yang sesuai dengan kondisi tubuh. Ia juga mengimbau, agar masyarakat yang melakukan rapid test antibodi meskipun hasilnya non reaktif harus tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan.  

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI