Ahli: Ada Dua Faktor yang Bisa Jadi Penyebab Kasus Covid-19 Tinggi di Jatim

Senin, 13 Juli 2020 | 16:02 WIB
Ahli: Ada Dua Faktor yang Bisa Jadi Penyebab Kasus Covid-19 Tinggi di Jatim
Suasana saat tes cepat massal di hari ke-14 yang digelar di halaman Gedung Juang 45 Surabaya, Kamis (11/06/2020) [ANTARA/HO/FA].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jawa Timur menjadi tempat persebaran virus corona dengan angka tertinggi beberapa minggu belakangan. Jumlah kasus di Jawa Timur mencapai lebih dari 16.600, lebih tinggi dari DKI Jakarta yang mencapai kurang lebih 14.500 kasus. 

Per 12 Juli 2020, penambahan kasus virus corona di Indonesia mencapai 1.681 infeksi. Sepertiganya berasal dari Jawa Timur, yakni mencapa 518 kasus dalam sehari. Sementara angka DKI Jakarta mencapai 404 kasus. 

Melalui The Conversation, Dosen Epidemilogi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, M. Atoillah Isfandiari menganalisis bagaimana Jawa Timur bisa memiliki kasus Covid-19 yang lebih tinggi. 

"Ada dua penyebab utama mengapa saat ini Jawa Timur menjadi provinsi yang melampaui DKI Jakarta dalam jumlah kasus Covid-19 maupun pertambahan kasus baru," catat Isfandiari.

Baca Juga: Ahli Virus Hong Kong Kabur ke AS, Klaim Bawa Pesan Kebenaran Covid-19

"Pertama, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap pelaksanaan protokol kesehatan di Jawa Timur yang masih relatif rendah dan kedua, lemahnya kebijakan kesehatan terkait penanganan wabah ini di Jawa Timur," tambahnya.

Menurut Isfandiari, contoh tingkat kepatuhan yang rendah oleh masyarakat Jawa Timur adalah ketidakmauan menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, hingga jaga jarak fisik. 

"Misalnya, angka ketidakpatuhan penggunaan masker di Jawa Timur mencapai 70 persen saat berakvitas ekonomi dan sosial di luar rumah. Artinya hanya sekitar sepertiga penduduk yang memakai masker saat berinteraksi di ruang publik," catat Isfadiari. 

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. (Suara.com/Arry)
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. (Suara.com/Arry)

Angka tersebut didapat dari hasil survei evaluasi implementasu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik). Survei ini digelar Pergimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Kesehatan masyarakat Indonesia (PERSAKMI) Jawa Timur serta Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Kesehatan masyarakat Unair. 

Pada survei tersebut, bahkan responden menyatakan bahwa mereka tidak menjahga jarak fisik 1-2 meter di luar rumah. Angka dalam pelanggaran jaga jarak ini mencapai 62 persen. 

Baca Juga: Alhamdulillah, Nenek 80 Tahun di Batam Pulih 100 Persen dari Covid-19

Sementara penyebab kedua, Isfadiari menyatakan bahwa kebijakan yang lemah juga menjadi salah satu sebab naiknya kasus virus corona di Jawa Timur. 

"Salah satu kebijakan yang harus diterapkan di ketiga daerah ini, juga di 7 kabupaten/kota lain yang zona merah dan 22 kabupaten/kota zona oranye, adalah pembatasan mobilitas dan aktivitas sosial masyarakat," tulis  Isfadiari.

"Akan tetapi kenyataan di lapangan, saat ini tidak ada kebijakan dengan penegakan sanksi tegas yang terkait pembatasan tersebut," imbuhnya. 

Alasan lain menurut Isfadiari, kenaikan kasus di Jawa Timur juga  dipicu oleh rendahnya pengujian virus corona. 

"Hanya 1.568 tes per 1 juta penduduk atau 3.872-3.992 tes per hari," tulis Isfadiari dalam The Conversation.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI