Meski Gejala Ringan, Banyak Pasien Covid-19 Alami Gangguan Otak

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 13 Juli 2020 | 15:50 WIB
Meski Gejala Ringan, Banyak Pasien Covid-19 Alami Gangguan Otak
Ilustrasi gangguan otak. (Sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak dokter dan peneliti telah membuktikan bahwa Covid-19 mungkin memicu komplikasi neurologis pada pasien - bahkan pada mereka yang memiliki gejala ringan.

Satu studi pada otak mini yang dikembangkan di laboratorium menunjukkan bahwa virus tersebut dapat langsung menyerang sel-sel otak. Beberapa gangguan otak yang telah diidentifikasi pada pasien coronavirus termasuk ensefalopati, stroke iskemik dan Sindrom Guillain-Barré, yang dapat menyebabkan perdarahan dan peradangan.

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

Tetapi tidak mudah mendiagnosis kondisi ini, terutama jika pasien mengalami gangguan akibat ventilator.

"Identifikasi dini, investigasi, dan manajemen penyakit neurologis terkait-Covid-19 sangat menantang," tulis sekelompok ahli saraf yang menganalisis lebih dari 40 pasien Covid-19 di Inggris yang mengalami komplikasi neurologis.

Baca Juga: Penelitian: Ditemukan Virus Corona Covid-19 di Bungkus Udang Beku

Mereka menerbitkan studi mereka di jurnal Oxford Brain. Kelompok pasien berusia 16 hingga 85 tahun, dan gejala Covid-19 bervariasi dari ringan hingga kritis.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merinci gejala, perawatan dan proses pemulihan mereka untuk membantu dokter menemukan tanda-tanda gangguan otak dengan lebih baik.

Gangguan yang paling umum adalah sindrom neuroinflamasi dan ensefalopati, yang memengaruhi mereka yang berusia di atas 50 dan mengalami kebingungan dan disorientasi, psikosis pada satu, dan kejang pada lainnya.

Satu pasien - seorang wanita berusia 55 tahun - memiliki gejala ringan dan siap untuk pulang setelah hari ketiga. Namun, ia kemudian mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan otak, meski tidak memiliki riwayat penyakit mental apa pun.

Perilakunya termasuk berulang kali mengenakan dan melepas mantelnya, melihat singa dan monyet dan kemudian menjadi agresif. Setelah menjalani perawatan, ia mulai membaik setelah tiga minggu.

Baca Juga: Ahli Virus Hong Kong Kabur ke AS, Klaim Bawa Pesan Kebenaran Covid-19

Namun, satu pasien meninggal karena ensefalitis nekrosis parah - peradangan yang menyebabkan lesi dan kematian jaringan di otak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI