Suara.com - Kamar kos yang berantakan mungkin wajar bagi banyak orang, namun bagaimana jika tak hanya berantakan tapi juga kamar kos penuh sampah?
Di sosial media Twitter, tengah viral penampakan kamar kosan seseorang yang sangat penuh dengan sampah yang menggunung.
Kondisi kamar tersebut berhasil diketahui setelah pemilik kos mencoba untuk membuka kamar. Diketahui, kamar kos itu sudah ditinggal selama dua bulan oleh anak kos yang menyewanya.
Melihat tumpukan sampah yang tidak lazim, ia dan warganet menduga penghuni kamar tersebut menderita gangguan kejiwaan bernama hoarding disorder atau keinginan untuk menimbun barang, termasuk sampah sekalipun.
Baca Juga: Ketahui Voyeur, Tukang Intip yang Punya Gangguan Psikologis
Dilansir dari Medical News Today, hoarding disorder (gangguan menimbun) dimengerti sebagai suatu kondisi yang membuat orang sulit membuang barang-barang, terlepas dari nilai dan fungsinya.
Tidak seperti kolektor yang memilih untuk mengumpulkan jenis barang tertentu, orang dengan hoarding disorders cenderung mengumpulkan berbagai barang.
Barang itu bisa beragam, termasuk tumpukan pakaian, majalah tua, bungkus makanan, dan pernak-pernik masa kecil.
Gangguan menimbun dapat mengakibatkan berbagai komplikasi emosional, sosial, fisik, keuangan dan bahkan hukum negatif. Misalnya, kekacauan dapat menyerbu rumah seseorang, menghalangi akses ke tempat tinggal, memasak dan ruang kerja yang penting.
Konsekuensi umum lainnya yang didapat jika mengalami gangguan menimbun antara lain kebersihan yang buruk, hubungan sosial yang buruk hingga isolasi sosial dan kesepian.
Baca Juga: Kurang Minum Air Putih Bisa Sebabkan Gangguan Kecemasan, Benarkah?
Para peneliti belum tahu mengapa orang mengembangkan gangguan menimbun. Biasanya, orang dengan gangguan menimbun terdorong untuk mendapatkan dan menyimpan barang-barang yang:
- Mereka percaya dapat bermanfaat atau berharga di masa depan
- Gratis atau lebih terjangkau dari biasanya
- Telah merasakan nilai sentimental
- Tampak tak tergantikan, unik, atau sempurna (seringkali hanya bagi mereka) adalah pengingat akan ingatan penting seseorang, tempat, waktu, atau peristiwa yang orang takutkan akan mereka lupakan
Mengitari diri mereka dengan timbunan barang-barang ini juga dapat menghibur orang tersebut. Meskipun peneliti tidak yakin apa yang menyebabkan orang mengembangkan hoarding disorder, beberapa faktor risiko tampaknya mampu memicu atau memperburuk gejala. Yakni termasuk:
- Riwayat keluarga dari kondisi tersebut
- Cedera otak
- Peristiwa yang sangat menegangkan, seperti penyakit parah atau kehilangan orang yang dicintai
- Perbedaan fungsi otak dan kinerja neuropsikologis yang unik dari orang dengan kondisi lain, seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD)