Kapan Waktu Terbaik Konsumsi Suplemen Vitamin D?

Vania Rossa Suara.Com
Jum'at, 10 Juli 2020 | 13:49 WIB
Kapan Waktu Terbaik Konsumsi Suplemen Vitamin D?
Ilustrasi suplemen vitamin D. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di masa pandemi Covid-19 ini, vitamin D menjadi primadona baru lantaran salah satu fungsinya yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Selain didapat dari paparan sinar matahari, Anda juga bisa mendapatkannya melalui suplemen vitamin D.

Vitamin D sendiri berfungsi untuk mengatur penyerapan kalsium dan fosfo, serta memfasilitasi fungsi sistem kekebalan tubuh yang normal. Asupan jumlah vitamin D yang cukup, sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang dan gigi yang normal, serta meningkatkan resistensi terhadap penyakit tertentu.

Kekurangan vitamin D, selain menempatkan Anda pada risiko memiliki kekebalan tubuh yang lemah, juga membuat Anda berisiko mengalami kelainan tulang seperti tulang lunak (osteomalacia) atau tulang rapuh (osteoporosis).

Lalu, kapan waktu terbaik untuk konsumsi suplemen vitamin D?

Baca Juga: Pro dan Kontra Penelitian Dampak Vitamin D Perangi Pandemi Covid-19

"Harus sesudah makan," ujar dokter spesialis gizi klinik RS Medistra, Cindiawaty J. Pudjiadi dalam webinar "Vitamin D3 Series: New Normal - Masih Perlu Minum Vitamin?", Kamis (10/7/2020).

Disebutkan bahwa vitamin D membutuhkan lemak untuk penyerapannya, sehingga mengonsumsi suplemen vitamin D yang dilakukan sebelum makan adalah salah.

"Jadi kalau kadar vitamin D masih rendah padahal dosisnya sudah benar, itu ternyata dikonsumsi saat perut kosong," katanya seperti dikutip dari Antara.

Lalu, siapa yang membutuhkan suplemen vitamin D? Menurut Cindiawaty, salah satunya adalah orang dengan variasi gen. Jika orang normal sebenarnya sudah bisa mencukupi kebutuhan vitamin D dari berjemur di bawah sinar matahari dan ditambah dengan konsumsi makanan yang mengandung vitamin D. Tapi pada orang dengan variasi gen, ia mengalami variasi gen di CYP2R1 sehingga 25[OH] D tidak cukup biarpun terkena matahari, demikian dijelaskan Cindiawaty.

Pada kondisi ini, jika dia berjemur lama, namun enzimnya tidak cukup, sehingga vitamin D inaktif yang diubah menjadi aktif juga tidak maksimal dan berujung kadar 25[OH] D juga masih defisiensi.

Baca Juga: Deretan Masalah Kesehatan Saat Tubuh Kekurangan Vitamin D

Sayangnya, tidak ada tanda atau gejala khusus yang menunjukkan seseorang mengalami variasi dalam gen-nya. Dia harus menjalani pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI