Pandemi Covid-19 Waktu yang Tepat untuk Berhenti Merokok, Ini Alasannya

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 09 Juli 2020 | 22:05 WIB
Pandemi Covid-19 Waktu yang Tepat untuk Berhenti Merokok, Ini Alasannya
Ilustrasi berhenti merokok. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masa pandemi Covid-19 yang menyerang dunia merupakan waktu yang tepat bagi Anda untuk berhenti merokok. Sebab, risiko komplikasi penyakit lebih tinggi bagi perokok.

Dilansir ANTARA, organisasi nirlaba Vital Strategies mengatakan Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki jumlah perokok tertinggi di seluruh dunia.

Bahkan, WHO mencatat terdapat sekitar 225.700 orang di Indonesia meninggal setiap tahunnya akibat merokok atau penyakit yang berhubungan dengan zat-zat yang terkandung di dalam rokok.

"WHO menyebutkan, perokok memiliki risiko lebih tinggi terkena komplikasi atau risiko infeksi penyakit yang lebih serius ketika terpapar Covid-19, bahkan bisa menyebabkan kematian. Hasil riset yang menjelaskan hubungan antara merokok dan Covid-19 juga menjadi salah satu sorotan kampanye Don’t Start, sebagai pesan edukasi untuk masyarakat agar segera berhenti merokok," ujar Associate Director, Southeast Asia Policy, Advocacy, and Communication, organisasi public health global Vital Strategies, Enrico Aditjondro, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (9/7/2020).

Baca Juga: Sulitnya Berhenti Merokok, Dokter Ini Bahkan Harus Tinggalkan Pertemanannya

Secara global, jumlah orang yang merokok atau mengonsumsi tembakau mengalami penurunan. Sebaliknya, jumlah perokok di Indonesia mengalami peningkatan, baik di kalangan dewasa maupun remaja.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, prevalensi merokok pada remaja usia sekolah (10-18 tahun) mengalami kenaikan sekitar 20 persen, dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen pada 2018.

Berdasarkan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada 2019, sekitar 40,6 persen pelajar Indonesia usia 13-15 tahun, yaitu dua di antara tiga anak laki-laki dan satu di antara lima anak perempuan sudah pernah mencoba produk tembakau. Sebanyak 19,2 persen pelajar Indonesia saat ini mengaku telah menjadi perokok.

Dampak merokok pada keluarga. (Shutterstock)
Dampak merokok pada keluarga. (Shutterstock)

"Data-data di atas menunjukkan bahwa pengendalian konsumsi tembakau atau rokok di Indonesia merupakan suatu urgensi, khususnya untuk melindungi generasi muda dari bahaya zat-zat yang terkandung dalam rokok, yang menyebabkan mereka memiliki risiko lebih tinggi terpapar penyakit serius akibat zat-zat beracun yang terkandung di dalam rokok," terang dia.

Tingginya angka perokok usia muda di Indonesia, salah satunya disebabkan aktivitas pemasaran perusahaan-perusahaan rokok di Indonesia yang masih bebas menayangkan iklannya, baik di media massa, media luar ruang, maupun internet.

Baca Juga: Bahaya untuk Anak, Dokter Sebut Vape Tak Bikin Orang Berhenti Merokok

"Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) tahun ini mengusung tema 'Melindungi kaum muda dari manipulasi industri dan mencegah mereka dari penggunaan tembakau dan nikotin'. Tema ini sangat sesuai dengan kondisi yang terjadi di Indonesia, di mana perusahaan rokok secara agresif memasarkan produknya kepada anak muda yang memiliki hak hidup sehat secara utuh dan bebas dari bahaya rokok. Jangan sampai mimpi dan masa depan anak muda direnggut oleh rokok," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI