Suara.com - Hingga saat ini, memang tidak ada obat untuk kanker, hanya ada intervensi yang dapat menghentikan penyebarannya dan mengurangi risiko kambuhnya kembali. Salah satu intervensi yang bisa dilakukan adalah dengan makan makanan sehat termasuk kacang.
Dilansir dari Express, mengonsumsi kacang secara teratur dikaitkan dengan risiko kanker usus yang lebih rendah. Kanker usus sendiri adalah satu jenis kanker yang paling umum dan memiliki tingkat kematian kedua setelah kanker paru-paru.
Penelitian yang dipublikasikan di Nutrition Journal, memantau 923 pasien kanker kolorektal (kanker usus) dan 1846 kontrol (kelompok plasebo) yang direkrut dari National Cancer Centre di Korea Selatan.
Informasi tentang asupan makanan dikumpulkan menggunakan kuesioner frekuensi makanan semi-kuantitatif dengan 106 item, termasuk kacang tanah, kacang pinus, dan almond.
Baca Juga: Waspada, Nyeri Punggung Bisa Jadi Tanda Kanker Paru-Paru
Konsumsi kacang dikategorikan dengan tidak mengonsumsi, mengonsumsi satu porsi per minggu, satu hingga tiga porsi per minggu, dan tiga porsi per minggu.
Setelah analisis komparatif, para peneliti menemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara frekuensi tinggi konsumsi kacang dan mengurangi risiko kanker kolorektal.
Memperkuat sifat anti-kanker kacang-kacangan, penelitian lain yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Oncology, menemukan bahwa orang-orang dengan kanker usus besar stadium III yang secara teratur mengonsumsi kacang-kacangan memiliki risiko kambuh lebih kecil.
Tak hanya itu, kematian kanker juga secara signifikan lebih rendah daripada mereka yang tidak mengonsumsi kacang.
Kacang bukan satu-satunya makanan yang terbukti menjanjikan dalam mengurangi risiko kanker. Penelitian juga menunjukkan bahwa semakin banyak buah dan sayuran yang kita makan, semakin rendah risiko kanker kita secara keseluruhan.
Baca Juga: Pelonggaran Pembatasan Sosial, Pasien Kanker Ketakutan Keluar Rumah
Selain itu, mengonsumsi kacang-kacangan seperti kacang, kacang polong, dan lentil dikaitkan dengan risiko lebih rendah dari semua kanker.
"Ini mungkin karena mereka sering digunakan sebagai pengganti daging dalam makanan kita," jelas Sophie Medlin, konsultan ahli gizi dan pendiri ahli City Dietetitian.