Berbeda dengan obat untuk sistem saraf pusat, harus menghadapi pertahanan yang hampir tidak bisa ditembus, disebut penghalang darah-otak. Ini melindungi otak dari zat-zat berbahaya seperti racun atau virus.
Faktor lain yang mampu memengaruhi distribusi adalah molekul protein dan lemak dalam darah, dapat membuat molekul obat tidak berfungsi dengan cara mengikatnya.
3. Metabolisme
Segala sesuatu yang memasuki aliran darah, baik ditelan, disuntikkan, dihirup atau diserap melalui kulit, dibawa ke hati.
Baca Juga: Studi: Pada Tahap Terparah, Kekebalan Tubuh Masih Lawan Virus Corona!
Di sini, zat-zat secara kimiawi diolah dan diubah oleh protein yang disebut enzim. Banyak produk dari penguraian enzimatik, atau metabolit, kurang aktif secara kimia daripada molekul asli.
Perbedaan genetik dapat mengubah cara kerja enzim tertentu, juga memengaruhi kemampuan tubuh memetabolisme obat.
Produk dan makanan herbal, yang mengandung banyak komponen aktif, dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk memetabolisme obat lain.
4. Pengeluaran atau Ekskresi
Obat yang sekarang tidak aktif menjalani tahap akhir dari waktu dalam tubuh, ekskresi. Proses ini terjadi melalui urin atau feses.
Baca Juga: Bukan Diganggu Makhluk Mistis, Ketindihan Disebabkan Kondisi Tubuh Tertentu
Dengan mengukur jumlah obat dalam urin (dan dalam darah), farmakolog klinis dapat menghitung bagaimana seseorang memproses suatu obat, mungkin mengakibatkan perubahan pada dosis atau bahkan obat yang harus dikonsumsi.