Suara.com - Di balik pandemi virus corona atau Covid-19, wabah campak telah menanti untuk menimbulkan risiko bagi populasi yang lebih luas. Ini lantaran banyak anak-anak yang sulit mendapat vaksin saat lockdown.
Sebuah studi oleh para ilmuwan dari Public Health England dan London School of Hygiene dan Tropical Medicine menemukan selama tiga minggu pertama lockdown, imunisasi turun sekitar 20 persen.
Dokter anak sekarang telah mengklaim jika masalah vaksinasi ini tidak diselesaikan, bisa menyebabkan masalah baru.
Seperti diketahui, cakupan vaksin yang tinggi diperlukan untuk menjadi efektif dan untuk mencapai kekebalan kelompok. Demikian ungkap Dr Shamez Ladhani, ketua Unit Pengawasan Anak Inggris di Royal College of Pediatri dan Kesehatan Anak (RCPCH) seperti dilansir dari Express UK.
Baca Juga: Banyak Anak Tak Pakai Masker, Ridwan Kamil Anjurkan Pakai Face Shield
“Sistem medis tidak pernah kewalahan, dan kami tidak pernah mengatakan kepada orang tua untuk tidak datang untuk vaksinasi. Sekarang, lebih dari sebelumnya, ini lebih penting karena, jika kita tidak memiliki jangkauan, kita bisa memiliki penyakit yang jauh lebih buruk daripada coronavirus," kata dia.
"Tapi ini bukan semua tentang orang tua. Dokter jelas bisa melakukan yang lebih baik dan lebih meyakinkan."
Dr Shamez menambahkan ada kekhawatiran besar bagi anak-anak sekolah menengah yang belum menerima meningitis dan vaksin HPV.
“Vaksin ini tidak hanya melindungi anak-anak, mereka juga melindungi penduduk. Jika cakupan jatuh maka kita semua dalam masalah. "
Seperti diketahui, selama lockdown coronavirus, banyak pemerintah di berbagai negara meminta masyarakat tetap di rumah untuk menghindari virus corona.
Baca Juga: COVID-19 dari Rumah Potong Hewan di Jerman Menyebar ke Masyarakat
Tetapi para ahli percaya ini membuat beberapa orang berpikir mereka tidak boleh berhubungan dengan layanan kesehatan sama sekali.