Penderita Hepatitis Kronis, Apakah Boleh Menikah?

Vania Rossa Suara.Com
Sabtu, 27 Juni 2020 | 07:30 WIB
Penderita Hepatitis Kronis, Apakah Boleh Menikah?
Penderita hepatitis apakah bisa menikah? (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penderita hepatitis kronis adalah mereka yang telah mengalami peradangan hati selama lebih dari 6 bulan.
Penyakit hepatitis, baik hepatitis B dan C, disebabkan oleh virus yang menyerang hati, dan bisa menular salah satunya melalui hubungan seksual.

Itu sebabnya, timbul pertanyaan, apakah penderita hepatitis kronis dapat menikah dan tidak menulari pasangannya?

Menjawab hal tersebut, dokter spesialis penyakit dalam dari RSCM, dr. Irsan Hasan dalam Webinar Kalbe, Jumat (26/6/2020), mengatakan bahwa tidak ada larangan atau aturan pengidap hepatitis virus kronis untuk menikah.

Dokter yang juga tergabung di Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) itu mengatakan, mereka yang diketahui terkena hepatitis B bisa mendapatkan vaksinasi sebelum menikah.

Baca Juga: Ditemukan Virus Hepatitis E Baru, dari Tikus Menular ke Manusia

"Untuk hepatitis B, sederhana sebetulnya. Kalau dia ketahuan hepatitis B, calon istri atau suami divaksinasi. Kalau sudah divaksinasi aman," katanya, seperti dikutip dari Antara.

Sementara bagi mereka yang menderita hepatitis C, karena tidak ada vaksinnya, bisa mengonsumsi obat tiga bulan sebelum menikah sesuai anjuran dokter. Cara ini, menurut Irsan, membuat penderita hepatitis tidak akan menulari penyakit yang sama kepada pasangannya.

"Masing-masing virus punya solusi. Tiga atau empat tahun lalu, hepatitis C itu tidak ada jawaban, belum ada antivirus yang betul-betul ampuh sehingga menikah harus dengan cinta dan siap sehidup semati, mau terkena virus dari pasangan," tutur Irsan.

Selain melalui hubungan seksual, virus hepatitis B juga bisa menular dari jarum yang terkontaminasi virus, transfusi darah, anak ke anak, dan secara vertikal atau dari ibu ke bayi (peritanal).

Pada bayi yang terinfeksi hepatitis, berisiko 90 persen berkembang menjadi kronis. Dia akan mengidap hepatitis B bertahun-tahun, bahkan sampai dia meninggal.

Baca Juga: Sebelas Pasien Corona Covid-19 Pulih dengan Obat Hepatitis C

Sementara bila yang tertular orang dewasa, kemungkinan menjadi kronis sekitar 10 persen.

Pada orang dewasa yang baru terkena hepatitis B dan C, mereka akan mengalami gejala antara lain mata menguning dan merasa mual.

Sementara pada mereka yang sudah kronis karena menderita penyakit ini sejak bayi, umumnya tak mengalami gejala apapun.

Hepatitis kronik sendiri biasanya baru terdeteksi jika sudah terjadi komplikasi, salah satunya sirosis atau pengerasan hati. Untuk itu, deteksi dini yang bisa dilakukan satu-satunya melalui tes darah.

"Mau enggak mau tes darah, periksa HbsAg dan Anti HBs. Kalau HbsAg positif berarti dia sakit. Kalau Anti HBs positif berarti dia sudah punya kekebalan," tutur Irsan.

Setelah terdeteksi, penderita akan menjalani pengobatan yang bertujuan menghilangkan virus dan menghambat perkembangannya sehingga tak menjadi sirosis dan kanker.

"Kalau livernya sehat, jangan sampai terjadi pengerasan hati. Kalau sudah sirosis, jangan sampai menjadi kanker. Kalau sampai kanker, jangan sampai pasiennya meninggal," tutup Irsan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI