Suara.com - Pada awal-awal pandemi Covid-19, sebuah makalah yang terbit di JAMA mengklaim orang tanpa gejala (OTG) atau asimptomatik dapat menularkan virus kepada orang lain.
Para peneliti kemudian mengklaim bahwa jika temuan dalam laporan dugaan penularan oleh OTG direplikasi, pencegahan infeksi Covid-19 akan terbukti sulit.
Sementara itu, surat dalam The New England Journal of Medicine juga melaporkan seorang wanita dari Shanghai, tanpa gejala sama sekali, telah menularkan infeksi kepada seorang pria Jerman.
Tapi ternyata, dilansir dari The Health Site, setelah beberapa waktu sang wanita baru menunjukkan gejala Covid-19, yaitu nyeri otot dan kelelahan ringan. Kasus wanita ini disebut dengan pra-simptomatik.
Baca Juga: Bebas Virus Corona, Vietnam Belum Siap Buka Akses untuk Wisatawan Asing
Sekarang, banyak peneliti mengatakan bahwa sangat jarang bagi OTG untuk menularkan Covid-19. Tetapi sebagian besar dari mereka juga menjelaskan pengamatan ini didasarkan pada serangkaian studi yang relatif kecil.
OTG cenderung tidak terlihat batuk maupun bersin, dua gejala yang dianggap sebagai cara penularan utama. Tetapi mereka masih bisa menularkan virus ke orang lain.
Menurut bukti, orang dengan gejala (simptomatik) adalah yang paling menular karena mereka dapat menularkan virus saat bersin atau batuk. Tapi kemudian, penyakit itu juga bisa ditularkan sebelum berkembang atau pra-simptomatik.
OTG tetapi terbukti positif terinfeksi virus corona kemungkinan besar akan menularkannya ke orang lain. Jadi, pada dasarnya, seseorang dapat terinfeksi virus corona Covid-19 dari ketiga kelompok orang ini.
Sehingga kita tidak pernah tahu dari mana virus itu berasal. Inilah mengapa tindakan pencegahan seperti menjaga jarak sosial dan mengenakan masker sangat penting.
Baca Juga: Siapa Orang Pertama yang Akan Dapat Vaksin Virus Corona? Ini Jawabannya