Kesehatan Mental Bisa Dipengaruhi Oleh Makanan yang Anda Santap

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 25 Juni 2020 | 19:09 WIB
Kesehatan Mental Bisa Dipengaruhi Oleh Makanan yang Anda Santap
Ilustrasi Makan Sehat. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Diet memainkan peran besar dalam kesehatan otak. Apa yang kita makan, sebagian besar akan menentukan kesehatan mental kita.

"Apa yang kita makan menjadi zat pembangun protein, enzim, jaringan otak, dan neurotransmitter yang mentransfer informasi dan sinyal antara berbagai bagian dari otak dan tubuh," demikian dikatakan Roxanne Sukol, MD, dari Cleveland Clinic's Wellness Institute, seperti dilansir dari Medical Daily.

Pertama, penting untuk memahami mekanisme sumbu usus-otak. Sistem saraf pusat dan sistem saraf enterik saling berhubungan melalui banyak jalur saraf menuju usus. Itu memengaruhi pusat kognitif dan emosional otak, terutama melalui apa yang kita makan.

Karena usus dilapisi dengan jutaan sel saraf yang membantu pencernaan, tidak mengherankan bahwa emosi manusia dipengaruhi oleh kesehatan usus.

Baca Juga: Polusi Udara Ternyata Pengaruhi Kebahagiaan dan Kesehatan Mental

Usus adalah tempat 95 persen dari neurotransmitter serotonin diproduksi, yang menentukan suasana hati, mengatur tidur, dan rasa lapar. Untuk menjaga usus tetap sehat, hindari makanan yang menyebabkan diare, terlalu asam, sembelit, dan kembung.

Bakteri yang baik melindungi lapisan saluran pencernaan, mencegah peradangan, dan meningkatkan penyerapan makanan. Jadi, makanlah makanan probiotik seperti kefir, yogurt dan kombucha. Tambahkan juga makanan kaya serat juga meningkatkan 'bakteri baik'.

Terlepas dari probiotik, asam lemak omega-3 baik untuk otak, karena penelitian menunjukkan bahwa mereka memberikan efek anti-inflamasi. Sebuah uji coba terkontrol secara acak yang dipimpin oleh Mary A. Fristad, PhD dari Ohio State University Wexner Medical Center, yang meneliti dampak asam lemak omega-3. Selama 12 minggu, 72 peserta yang mengalami depresi dan berusia antara 7 dan 14 tahun, dibagi menjadi empat kelompok.

Satu kelompok hanya diberi asam lemak omega-3, sementara yang lain diberi asam lemak omega-3 bersamaan dengan terapi. Kelompok lain mengambil psikoterapi dan plasebo, sedangkan kelompok terakhir hanya menerima plasebo.

"Apa yang kami tunjukkan adalah bahwa anak-anak dengan kesehatan mental yang tampaknya bawaan, versus situasional, sama-sama memerlukan perawatan aktif. Psikoterapi bekerja; omega-3 bekerja; kombinasi mereka bekerja paling baik," kata Fristaad.

Baca Juga: Studi: Orang Gemuk Lebih Rentan Alami Ganguan Kesehatan Mental Saat Pandemi

Lalu, makanan apa yang sebaiknya kita konsumsi?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI