Ahli Ungkap Perundungan Siber Bisa Picu PTSD bagi Korban Maupun Pelaku!

Kamis, 25 Juni 2020 | 07:47 WIB
Ahli Ungkap Perundungan Siber Bisa Picu PTSD bagi Korban Maupun Pelaku!
Ilustrasi cyberbullying pada remaja. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Cyberbullying atau perundungan siber telah dikaitkan dengan berbagai gejala gangguan pada mental, khusunya gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Ironisnya, PTSD tidak hanya terjadi pada korban tetapi juga pada pelaku.

Dilansir dari CNN, sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 2000 remaja di Inggris menunjukkan, bahwa seperempat remaja yang terlibat perundungan siber menderita gejala-gejala PTSD. Studi tersebut telah diterbitkan pada Selasa (22/6/220) di Archives of Disease in Childhood Journal.

PTSD sendiri adalah serangakan gejala yang diakibatkan oleh trauma dan bisa sangat menyulitkan. Gejala PTSD termasuk kecemasan, sulit tidur, mimpi buruk, kurang konsentrasi, pikiran negatif, dan mudah kaget.

Psikolog klinis Ana Pascual-Sánchez, salah satu penulis penelitian di Imperial College London, mengatakan timnya terkejut dengan hasil itu.

Baca Juga: Kabar Baik! Indonesia akan Produksi 17 Juta Baju Hazmat Per Bulan

"Agresi yang mengekspos perundungan pada situasi-situasi kekerasan yang potensial membuat mereka dapat kehilangan kendali dan bahkan merasa rentan pada suatu titik atau penyesalan bisa menyebabkan ingatan yang mengganggu," kata Pascual-Sánchez.

Ilustrasi Stres Gara-Gara Media Sosial. (Shutterstock)
Ilustrasi Stres Gara-Gara Media Sosial. (Shutterstock)

Lebih dari 2.200 remaja berusia 11 hingga 19 dari empat sekolah di London ditanyai untuk penelitian ini. Para peneliti menggunakan Olweus Bully atau Victim Questionnaire untuk mempersempit jenis-jenis intimidasi.

Tiga puluh lima persen korban perundungan siber mendapat skor di atas ambang batas untuk gejala PTSD, sementara 29 remaja yang melakukan perundungan siber juga menunjukkan tanda-tanda PTSD.

"Perundung siber juga cenderung melakukan perundungan di dunia nyata," kata para peneliti.

"Sepertinya anonimitas yang disediakan oleh sarana online dapat meningkatkan risiko kejahatan cyberbullying, menyediakan platform yang mudah diakses dan yang dapat menjangkau orang lain dengan cepat dan mudah," kata Pascual-Sánchez.

Baca Juga: Kejagung Tahan Pejabat Aktif Bea Cukai Batam

Karena ini adalah studi informasi, tidak ada temuan resmi tentang mengapa beberapa perundung juga menunjukkan gejala PTSD.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI