Waduh, Studi Sebut Putus Hubungan Bisa Memperlambat Fungsional Otak?

Selasa, 23 Juni 2020 | 09:30 WIB
Waduh, Studi Sebut Putus Hubungan Bisa Memperlambat Fungsional Otak?
Ilustrasi putus cinta (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Putus cinta ternyata memiliki dampak sendiri bagi sistem fungsional pada otak. Hal tersebut dinyatakan dalam sebuah studi neuroimaging mengidentifikasi komunikasi seluruh otak yang abnormal pada pasien dengan depresi setelah putus hubungan.

Dilansir dari Medicalxpress, penelitian itu diterbitkan dalam jurnal NeuroImage edisi online pada tanggal 26 Mei. Studi ini menyelidiki apakah ada perbedaan individu dalam keparahan gejala depresi setelah mengalami gangguan dalam hubungan yang dikaitkan dengan perubahan dalam keadaan dinamika seluruh otak.

Penelitian ini dipimpin oleh Sonsoles Alonso Martínez di bawah pengawasan Gustavo Deco, seorang profesor penelitian ICREA Departemen Teknologi Informasi dan Komunikasi (DTIC) dan direktur Pusat Otak dan Kognisi (CBC) di UPF. Studi juga dilakuakan bersama dengan anggota pusat penelitian di universitas Eropa Groningen (Belanda), Oxford (Inggris), Aarhus (Denmark) dan Minho (Braga, Portugal).

"Dalam penelitian ini, kami menyelidiki kompleksitas dinamis otak saat istirahat dengan menerapkan kerangka pengapian intrinsik ke dataset 69 peserta dengan berbagai tingkat gejala depresi setelah putusnya hubungan," kata Deco.

Baca Juga: Hadirnya Tenaga Kerja Asing Justru Untungkan Daerah

Ilustrasi putus cinta (Shutterstock).
Ilustrasi putus cinta (Shutterstock).

"Kami berhipotesis bahwa tingkat yang lebih tinggi dari laporan gejala depresi berhubungan dengan berkurangnya integrasi dan berkurangnya variabilitas spatiotemporal dalam organisasi fungsional otak," kata Deco.

Analisis pengapian intrinsik yang diusulkan oleh Deco dan Kringelbach (2017), mencirikan tingkat integrasi dalam otak yang dihasilkan dari peristiwa spontan yang timbul dari waktu ke waktu. Peristiwa-peristiwa ini mengungkapkan kemampuan daerah tertentu untuk memulai penyebaran aktivitas saraf ke daerah lain, memunculkan berbagai tingkat integrasi di otak.

Pada gilirannya, integrasi mencerminkan kapasitas otak untuk saling berhubungan dan bertukar informasi.

"Kami menyelidiki apakah keparahan gejala depresi pada individu non-klinis dikaitkan dengan perubahan dalam kompleksitas dinamis otak saat istirahat," catat para penulis.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa keparahan gejala depresi (dalam penelitian ini menunjuk pada orang yang putus cinta) dikaitkan dengan defisit kemampuan otak untuk mengintegrasikan dan memproses informasi secara global dari waktu ke waktu.

Baca Juga: Ngenes, Sebut Seperti Digigit Semut Pria Ini Meninggal Usai Menangkap Ular

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI