Suara.com - Sebuah studi yang dilakukan para ilmuwan di Swedia dan Afrika Selatan mulai memanfaatkan hewan alpaka sebagai salah satu metode melawan virus corona. Para peneliti menggunakan nanobodi atau antibodi dengan ukuran sepersepuluh antibodi normal dari alpaka yang disebut bisa mengikat virus yang menginfeksi seseorang.
Dilansir dari Independent, para ilmuwan meneliti nanobodi dari alpaka bernama Tyson.
Tyson adalah alpaka berusia 12 tahun di Jerman yang diimunisasi dengan protein virus oleh para ilmuwan di Karolinska Institute di Stockholm. Awal bulan Juni, tim mengisolasi nanobodi dari darah Tyson yang mengikat ke bagian yang sama dari virus sebagai antibodi manusia dan dapat memblokir infeksi.
"Kami tahu bahwa antibodi lah yang diarahkan ke bagian virus yang sangat tepat dan itulah yang telah kami rekayasa dengan antibodi ini dari Tyson," kata Gerald McInerney, kepala tim di institut Swedia.
Baca Juga: Gunakan Darah Sapi, Ilmuwan Kembangkan Antibodi Virus Corona pada Manusia
"Pada prinsipnya, semua bukti menunjukkan itu akan bekerja dengan sangat baik pada manusia, tetapi itu adalah sistem yang sangat kompleks," tambahnya.
Nanobodi secara langsung mengganggu kemampuan virus Covid-19 untuk menginfeksi. Oleh karena itu, nanobodi disebut bisa berpotensi menetralkannya virus pada tubuh.
"Pandemi virus corona saat ini memiliki konsekuensi drastis bagi populasi dunia, sehingga vaksin, antibodi atau antivirus sangat dibutuhkan," kata para penulis penelitian, dari departemen Mikrobiologi, Tumor dan Biologi Sel di Karolinska.
"Antibodi yang menetralisasi dapat menghalangi masuknya virus pada langkah awal infeksi dan berpotensi melindungi individu yang berisiko tinggi terserang penyakit parah," ujar mereka.
"Ketika tersedia obat antivirus khusus atau terapi antibodi, itu bisa digunakan untuk melindungi individu yang berisiko dan penggunaannya secara luas akan memungkinkan populasi untuk keluar dengan lebih aman," tambah mereka.
Baca Juga: Pasien Covid-19 Diobati Antibodi Penderita Kanker, 5 Hari Lepas Oksigen?
Proyek ini masih dalam tahap awal dan makalah akademisnya pun belum ditinjau oleh rekan sejawat. Tetapi tim di Karolinska Institute bukan satu-satunya yang meneliti alpaka.