PBB Kutuk Serangan ke Tenaga Medis dan RS di Afghanistan saat Pandemi

Senin, 22 Juni 2020 | 08:20 WIB
PBB Kutuk Serangan ke Tenaga Medis dan RS di Afghanistan saat Pandemi
Rumah sakit di Kabul Afghanistan diserang kelompok bersenjata pada Selasa (12/5/2020) tewaskan 16 orang termasuk 2 bayi baru lahir. (Foto: Anadolu Agency / Haroon Sabawoon)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk serangan lanjutan terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan Afghanistan di tengah pandemi Covid-19.

Dilansir dari BBC, dalam sebuah pernyataan utusan PBB untuk Afghanistan mengatakan pasukan Afghanistan dan Taliban bertanggung jawab atas tindakan kekerasan yang disengaja yang merusak operasi perawatan kesehatan.

Komentar tersebut mengikuti rilis laporan tentang kekerasan yang sedang berlangsung di Afghanistan selama pandemi.

Kekerasan itu termasuk serangan terhadap unit bersalin yang menewaskan 24 orang.

Baca Juga: Bingung Cari Pelembap yang Cocok? Ketahui Kandungannya agar Tak Salah Pilih

Laporan PBB mencatat bahwa tindakan kekerasan yang disengaja terhadap fasilitas perawatan kesehatan, termasuk rumah sakit dan personil terkait, dilarang di bawah hukum humaniter internasional dan dengan demikian, merupakan kejahatan perang.

"Melawan serangan yang ditargetkan pada perawatan kesehatan selama pandemi COVID-19, masa ketika sumber daya kesehatan sudah membentang dan sangat penting bagi penduduk sipil, sangat tercela," kata Fiona Frazer, kepala hak asasi manusia UNAMA.

Bayi yang baru lahir, ibu dan perawat semuanya tewas setelah gerilyawan menyerbu fasilitas kesehatan di ibu kota Kabul pada 12 Mei 2020. Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Menurut Universitas Johns Hopkins, sejauh ini hampir 29.000 kasus cirus korona dan 581 kematian telah dicatat di Afghanistan.

Tetapi meskipun jumlahnya tampak rendah, negara ini memiliki akses terbatas untuk pengujian. Sementara itu, sistem kesehatan telah ambruk selama beberapa dekade akibat konflik.

Baca Juga: 19 Tahun Menginvasi, AS Berencana Tarik Militer dari Afghanistan

Sekitar 200.000 warga Afghanistan kembali dari negara-negara tetangga pada bulan Maret, mayoritas dari Iran yang sangat terpukul oleh pandemi.

Selain tekanan konflik yang telah terjadi pada warga sipil selama pandemi, sebuah laporan yang diterbitkan oleh Save The Children pada bulan Mei menemukan bahwa tujuh juta anak-anak Afghanistan beresiko kelaparan akibat kenaikan harga makanan akibat Covid-19.

Perang di Afghanistan (BBC)
Perang di Afghanistan (BBC)

Selain runtuhnya fasilitas kesehatan, Afghanistan juga telah mendeteksi polio di daerah yang sebelumnya dinyatakan bebas dari penyakit tersebut setelah program imunisasi dihentikan karena pandemi.

"Virus polio telah menyebar ke tiga provinsi yang belum melaporkan kasus hingga lima tahun belakangan," kata Jan Rasekh, juru bicara program pemberantasan polio Afghanistan.

"Kami telah bekerja keras selama bertahun-tahun dan memojokkan polio ke geografi yang terbatas, virus corona telah membantu penyebaran polio di luar wilayah endemik selatan dan tenggara, dan sekarang mengancam orang di seluruh negeri," tambahnya.

Badan anak-anak PBB UNICEF juga mengatakan upaya pemberantasan polio telah ditangguhkan di berbagai negara, sementara kampanye vaksinasi campak juga ditahan di 27 negara akibat pandemi global.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI