Sekolah Tutup karena Pandemi Covid-19, WHO Soroti Kasus Kekerasan Pada Anak

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Minggu, 21 Juni 2020 | 18:05 WIB
Sekolah Tutup karena Pandemi Covid-19, WHO Soroti Kasus Kekerasan Pada Anak
Ilustrasi kekerasan pada anak. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penutupan sekolah selama masa pandemi Covid-19 membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mewaspadai kasus kekerasan pada anak selama berada di rumah.

Dilansir VOA Indonesia, WHO melaporkan semakin banyak anak-anak yang kini menjadi korban tindakan bernuansa kebencian, perundungan (bullying), dan aksi kekerasan di dunia maya karena pandemi virus corona.

Menurut sejumlah pakar, tanpa akses pada jaringan pendukung seperti guru, teman-teman atau keluarga besar yang biasanya didapatkan di sekolah, sebagian anak kita terjebak dalam kekerasan di rumah tanpa ada peluang untuk meminta pertolongan karena sekolah ditutup akibat pandemi.

Secara keseluruhan satu miliar anak menderita akibat kekerasan fisik, seksual atau psikologis setiap tahun, khususnya di tempat di mana negara gagal membuat program-program pendukung. Isolasi akibat Covid-19 semakin memperburuk keadaan.

Baca Juga: Dipaksa Orangtua Minum Air 4 Botol, Anak 11 Tahun Meninggal Dunia

"Tidak pernah ada alasan bagi aksi kekerasan terhadap anak-anak," ujar Kepala Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Di sisi lain, pandemi Covid-19 juga meningkatkan jumlah anak yang menjadi yatim piatu. Sebagian dari anak-anak yatim piatu itu hidup terkatung-katung di tengah kondisi sulit akibat pandemi.

"Di Indonesia diperkirakan ribuan anak kini menjadi yatim piatu saat pandemi Covid-19," kata Deputy Program Impact and Policy Save the Children Indonesia Tata Sudrajat dalam diskusi daring tentang anak yang kehilangan orang tua karena Covid-19, Kamis (11/6/2020).

Angka kematian warga yang hampir mencapai 2.000 terkait Virus Corona ini dengan persentase 6 persen dari jumlah terkonfirmasi positif. Diperkirakan jumlah orang yang meninggal karena wabah ini akan bertambah, artinya akan bertambah pula anak yang akan menjadi yatim piatu.

Oleh karena itu, Save the Children mendorong pemerintah dan semua pihak untuk lebih responsif dalam menangani anak-anak yatim piatu tersebut.

Baca Juga: Lansia dan Anak 9 Tahun Masih Ikut CFD, Pemprov DKI Bakal Berikan Sanksi

"Untuk satu anak pun bagi kami harus direspon dengan serius, apalagi ribuan. Negara harus bisa membantu keluarganya disituasi sulit seperti saat ini," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI