Suara.com - Kurangi Stres, Jangan Baca Berita Negatif di Malam Hari!
Paparan informasi mengenai pandemi Covid-19 di berbagai media kerap dikeluhkan sebagai penyebab publik jadi panik. Di sisi lain, perkembangan berita juga diperlukan untuk terus mengetahui perkembangan kasus yang ada.
Kerap kali yang keliru dipahami sebenarnya bukan masifnya informasi Covid-19 yang tersebar, baik di media massa atau punmedia sosial. Tetapi justru intensitas kita dalam mengonsumsinya.
Dokter Konsulen Psikosomatik dr. Rudi Putranto, Sp.PD(K)-Psi mengatakan bahwa otak manusia memang lebih mudah menyerap dan menyimpan informasi negatif. Jika informasi itu diterima terus menerus, bisa memicu stres dan berakibat menurunnya daya tahan tubuh.
Baca Juga: Demi Kesehatan Jiwa, Baca Berita Covid-19 Cukup Satu Jam Sehari
"Berbagai sistem kesehatan dan organ akan terganggu. Apa yang kita dapati adalah adanya rangsangan hormon stres. Bisa memicu denyut jantung jadi cepat, sesak napas, perut tidak enak, termasuk ke sistem kekebalan akan turun," kata Rudi dalam siaran langsung melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Minggu (21/6/2020).
Menurutnya, kondisi itu sebenarnya wajar terjadi ketika awal pandemi, namun yang harus diantisipasi adalah jangan sampai berlanjut dalam jangka waktu lama.
Cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut, katanya, dengan membatasi cari tahu informasi mengenai Covid-19, terutama berita negatif. Rudi mengatakan, WHO telah menyarankan agar pencarian berita jangan lebih dari dua kali per hari.
"Dianjurkan dua kali per hari, setiap pagi dan sore. Jangan membaca informasi saat malam karena bisa menganggu saat tidur," katanya.
Untuk mencegah stres berlebih juga, lanjutnya, bisa dengan beralih ke aktivitas yang lain.
Baca Juga: Twitter Akan Dorong Pengguna Baca Berita Sebelum Di-retweet
"Misal olahraga, memasak, menulis, dengarkan musik. Itu bisa membuat diri senang dan meningkatkan daya tahan tubuh," ucapnya.