Bukan Marah, Ini Tips Ekspresikan Emosi Secara Sehat Agar Anak Tak Trauma

Jum'at, 19 Juni 2020 | 16:48 WIB
Bukan Marah, Ini Tips Ekspresikan Emosi Secara Sehat Agar Anak Tak Trauma
Ilustrasi: Bukan Marah, Ini Tips Ekspresikan Emosi Secara Sehat Agar Anak Tak Trauma. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memarahi anak tentu bukan suatu sikap yang baik dan akan berdampak buruk pada tumbuh-kembang anak nantinya, seperti trauma misalnya.

Untuk menghindari hal tersebut, orangtua perlu mengajak anak mengelola dan mengekspresikan emosi dengan sehat.

Menurut pakar relasi keluarga dan parenting, Esta Gracia, ada beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk menghindari dampak buruk karena memarahi anak.

Metode awal yang bisa dilakukan saat merasa marah adalah 3P atau pause, process, dan proceed.

Baca Juga: Agar Anak Tidak Takut Disunat, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua

Ilustrasi orangtua marahi anak [Shutterstock]
Ilustrasi orangtua marahi anak [Shutterstock]

"Misalnya pada satu kasus anak balita yang tidak mau merapikan mainan. Kenali apa yang kita rasakan. Marah, jengkel karena berantakan rumahnya," jelas Esta pada sharing session 'Marah pada Anak Tanpa Bikin Trauma' pada Jumat (19/6/2020).

Esta menjelaskan, lakukan pause atau jeda sejenak untuk mengenali situasi yang memang membuat stres, lalu tenangkan diri dan amati sekitar.

Kemudian masuk ke process untuk memerhatikan dan menyadari semua reaksi tubuh yang dirasakan saat ingin marah, misalnya jantung berdebar atau tangan mengepal.

Yang terakhir saat mulai tenang dan melakukan teknik pernapasan adalah procees, melanjutkan apa yang mau kita berikan sebagai reaksi pada anak.

Esta merekomendasikan melakukan 6 langkah selanjutnya ketika situasi tenang (dan anak dalam keadaan kenyang), yakni metode SWITCH.

Baca Juga: Orangtua, Ini Startegi Siapkan Dana Pendidikan Anak Sejak Dini

S-Stop
Orangtua berhenti sejenak dari kegiatan yang dilakukan kemudian berjongkok atau duduk dan pandangi anak secara sejajar.

W-Wait
Orangtua menunggu anak untuk balas memandang. Ketika kita memandang mata anak dengan penuh kasih dan ada sarat ketegasan di situ, beri tahu bahwa kita ingin berbicara.

I-Instruction
Waktu untuk memberi instruksi yang padat, jelas, dan singkat hanya satu kali. Misalnya membereskan mainan, contoh: 'Adik, Mama mau Adek membereskan mainan', setelah itu tunggu.

T-Time to ask
Orangtua hendaknya bertanya kembali instruksi yang telah diberikan pada anak untuk memastikan anak sudah memerhatikan ayah atau ibunya, lalu minta anak untuk mengulangi.

C-Checking
Orangtua bisa kembali berdiri dan tunggu respons anak. Namun dengan tetap melihat mereka dan memandang mata mereka sembari menunggu responsnya.

H-Honor
Satu hal yang sering tidak dilakukan karena dianggap sepele, namun hal ini krusial untuk membangun rasa percaya diri dan gambaran positif pada anak. Orangtua harus belajar menghormati dan menghargai kehadiran anak dan perasaan yang dia rasakan.

Berilah anak pujian secara detail, seperti menonjolkan satu nilai yang ingin diterapkan dan bangun pada anak serta ada penguatan positif secara detail.

"Misalnya 'Adik sudah mulai tanggung jawab ya, sudah mau membantu Mama membereskan mainan'. Jangan yang 'Hebat anak Mama' karena cenderung membuat anak menjadi sombong dan besar hati, bukan gambaran positif yang rendah hati," pungkas Esta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI