Hal terakhir adalah dampak frustasi. Saat ibu frustasi, meeka merasa tidak ada orang yang bisa diajak berbagi rasa tanpa adanya yang menghakimi dan mendukung sepenuhnya.
"Jika terus meneruh dibiarkan dan diabaikan, serta tidak mencoba untuk mengkomunikasikan pada suami, teman terdetekat atau terpercaya, hal ini bisa berujung pada depresi," jelas Esta.
Esta menyoroti bahwa depresi yang muncul bisa berbahaya, terutama pada anak-anak. Maka dari itu lebih baik segera diatasi dan dicari jalan keluar.
Pun ada empat dampak pada anak.
Baca Juga: Cara Orangtua Terhindar Dari Stres saat Ajarakan Anak Belajar di Rumah
Anak yang sering dimarahi oleh ibu atau ayahnya akan tumbuh sebagai pribadi yang agresif dan abusif. Sering tak disadari, kemungkinan besar orangtua kita dulunya juga melakukan hal yang sama.
Agresif dan abusif tak hanya secara fisik, namun juga secara verbal. Sebab, anak cenderung mengimitasi orangtuanya bahwa itulah cara untuk mengekspresikan ketika sedang marah.
"Itu yang sebisa mungkin kita minimalisir. Kita ajarkan anak untuk mengelola emosi dari contoh kita sendiri yang diekspresikan secara sehat. Dampak ini cenderung berpotensi perilaku perundungan atau bullying," jelas Esta.
Kemudian, dampak kedua yang bisa dirasakan oleh anak adalah memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang rendah, di mana hal ini bisa bergantung pada gambar diri atau self image yang dimiliki anak.
Bisa jadi, anak merefleksikan dirinya negatif, tidak mampu, tidak berharga, atau tidak layak dicintai. Ini bisa tercermin pada saat nanti ia memiliki hubungan romatis, di mana mereka merasa hampa, kosong, terlalu mengagung-agungkan sosok pasangannya dan menilai negatif dirinya sendiri.
Lalu dampak yang ketiga, bila anak kerap melihat orangtua atau figur lekat lainnya mengekspresikan emosi secara tidak sehat, mereka bisa menjadi pribadi yang pencemas dan depresif.
Baca Juga: Agar Anak Tidak Takut Disunat, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua
Hal ini disebabkan mereka tidak terbiasa mengenali emosi negatifnya dan tidak bisa mengelolanya. Maka dari itu sebaiknya para orangtua sesering mungkin membantu anak mengenali emosi tersebut, biasa disebutkan ketika berkomunikasi dengan anak.