Yaman Hadapi Covid-19 di Tengah Perang, Kolera, dan Kelaparan

Kamis, 18 Juni 2020 | 19:42 WIB
Yaman Hadapi Covid-19 di Tengah Perang, Kolera, dan Kelaparan
Anak-anak Yaman di tengah pandemi Covid-19 (BBC)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perang sipil, kolera, dan kelaparan selama lima tahun telah menghancurkan Yaman sementara blokade dan kampanye pemboman yang dipimpin Arab Saudi telah membuat sistem layanan kesehatannya hampir tidak berguna.

Dilansir dari Aljazeera, Yaman menjadi negara yang mengalami krisis kemanusiaan tapi tetap harus menghadapi Covid-19 yang telah menyerang lebih dari 900 orang.

Konflik Yaman pecah ketika pemberontak Houthi melawan kubu pro-pemerintah yang didukung oleh koalisi militer dipimpin oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Pertempuran itu telah menyebabkan sekitar 24 juta orang Yaman bergantung pada bantuan.

Yaman sejauh ini melaporkan 902 infeksi virus corona yang telah menelan 244 kematian.

Baca Juga: 11 dari 17 Pasien Kasus Wabah Baru Ebola di Kongo Meninggal Dunia

"Tetapi angka tersebut tertinggal dan mungkin tidak mencakup semua kasus di daerah-daerah yang dikendalikan oleh Houthi di utara," kata jurubicara hak asasi manusia PBB Rupert Colville dalam sebuah pengarahan di Jenewa.

Situasi yang menantang diperparah oleh kapasitas pengujian yang sangat terbatas di negara itu.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Komite Penyelamatan Internasional, Yaman memiliki salah satu tingkat pengujian terendah di dunia, bahkan dibandingkan dengan negara-negara yang dilanda konflik lainnya dengan hanya 31 tes per satu juta warga.

Virus corona di Yaman (BBC)
Virus corona di Yaman (BBC)

Sementara itu, PBB mencatatat sekitar 137.000 kasus kolera dan diare telah mewabah. Hampir seperempat dari wabah kolera dan diare terjadi pada anak di bawah lima tahun.

Sementara itu, konflik perang saudara telah menewaskan lebih dari 100.000 orang dan membuat jutaan warga kehilangan tempat tinggal, mendorong negara miskin itu ke ambang kelaparan dan menghancurkan infrastruktur.

Baca Juga: PBB: Dampak Virus Corona Bisa Bunuh 51 Ribu Anak di Timteng dan Afrika

PBB mengatakan sistem kesehatan negara itu pada dasarnya runtuh, dengan rumah sakit kekurangan tempat tidur dan obat-obatan dasar, bahkan hanya memiliki 200 ventilator per 30 juta orang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI