Selain itu sapi cenderung bertubuh besar dan memiliki lebih banyak plasma untuk diberikan. Serta bisa memberi plasma tiga kali sebulan, bukannya sebulan sekali seperti manusia.
Menurut SAB, obat mereka yang terbuat dari plasma sapi memiliki tingkat antibodi penetral empat kali lebih tinggi dari antibodi paling kuat dalam sampel manusia yang mereka pelajari. Penelitian ini, dilakukan di Universitas Pittsburgh, dibagikan dalam siaran pers oleh perusahaan dan belum dipublikasikan atau ditinjau oleh rekan sejawat.