Akibat Menangis Keras, Bayi Baru Lahir Prematur Alami Paru-Paru Kolaps!

Kamis, 18 Juni 2020 | 10:42 WIB
Akibat Menangis Keras, Bayi Baru Lahir Prematur Alami Paru-Paru Kolaps!
Ilustrasi bayi sakit (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang bayi baru lahir prematur menjalani perawatan intensif selama 2 minggu, setelah paru-parunya kolaps akibat menangis terlalu keras.

Pada Maret 2020, Robyn Theaker lahir lebih awal 5 minggu atau lahir prematur. Kala itu berat badan Robyn Theaker hanya 5 pound atau 2,3 kg.

Setelah persalinan, bayi itu terlihat mengalami kesulitan bernapas. Hasil pemeriksaan sinar X mengungkapkan bahwa bayi itu memiliki lubang kecil di kedua paru-parunya.

Kylie, ibu Robyn asal Inggris mengatakan kondisi itulah yang menyebabkan banyak udara yang masuk ke paru-paru anaknya ketika berteriak dan menangis.

Baca Juga: Pasien Covid-19 Diobati Antibodi Penderita Kanker, 5 Hari Lepas Oksigen?

Akibatnya, paru-paru bayi yang baru lahir itu runtuh dan membutuhkan perawatan intensif selama 11 hari.

Ilustrasi bayi sakit (Pexels)
Ilustrasi bayi sakit (Pexels)

"Lamanya waktu 11 hari itu rasanya seperti 11 bulan. Saya merasakan sangat kesepian. Saya hanya memiiki Robyn sehingga saya merasakan sangat kesepian tanpa dukungan," kata Kylie dikutip dari Fox News.

"Tidak ada hal lain yang saya pikirkan, rasa kekhawatiran saya padanya benar-benar menguras tenaga. Tidak ada yang bisa saya lakukan, selain menemaninya dan saya mengerti dia sangat kesakitan," lanjutnya.

Dokter pun melakukan tindakan dengan memasukkan drainase dada untuk membantu Robyn bernapas. Setelah beberapa hari tidakan, kondisi Robyn mulai menunjukkan peningkatan selama masa perawatan intensif dan akhirnya bisa bernapas sendiri.

Setelah Robyn diperbolehkan pulang dari rumah sakit, ibunya pun masih merasa khawatir. Kylie mengatakan dirinya sangat khawatir jika anaknya terinfeksi virus corona Covid-19.

Baca Juga: Waspada! Ilmuwan Temukan Gejala Tersembunyi Virus Corona Pada Bibir

"Beberapa minggu pertama di luar rumah sakit, saya justru tidak bisa tenang. Saya hanya melihat dan menunggunya bila ada sesuatu yang salah," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI