Suara.com - Sebuah studi baru yang dilakukan oleh tim dari Universitas Simon Fraser, Kanada memberikan bukti lebih lanjut tentang hubungan antara gejala depresi dan peningkatan risiko penyakit jantung dan kematian dini.
Dilansir dari Medicalxpress, studi global ini melacak 145.862 peserta paruh baya dari 21 negara dan menemukan peningkatan 20 persen pada kejadian kardiovaskular dan kematian pada orang dengan empat atau lebih gejala depresi.
Resiko gejala depresi dua kali lebih tinggi di daerah perkotaan di mana mayoritas populasi global akan hidup pada 2050 dan lebih dari dua kali lipat terjadi pada laki-laki.
Scott Lear profesor ilmu kesehatan yang memimpin penelitian tersebut mengatakan hasil dari penelitiannya selesai di waktu yang tepat. Sebab, para ahli kini harus mengantisipasi peningkatan jumlah orang yang berurusan dengan masalah kesehatan mental sebagai hasil dari pandemi Covid-19.
Baca Juga: Studi Baru Temukan Efek Ketamine untuk Obati Orang Depresi
Data menunjukkan bahwa gejala depresi harus dianggap sama pentingnya dengan faktor risiko tradisional seperti merokok, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi yang disebut bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan kematian dini.
Hasil studi yang diterbitkan bulan Juni di JAMA Psychiatry itu memberikan kredibilitas pada kebijakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengintegrasikan perawatan dan pencegahan gangguan mental ke dalam perawatan primer.
Studi ini menyimpulkan bahwa kesadaran yang lebih besar akan risiko kesehatan fisik yang terkait dengan depresi sangat diperlukan.
Para peneliti menyarankan bahwa pendekatan komprehensif untuk menanggulangi penyakit tidak menular dan gangguan mental perlu menjadi prioritas global. Hal ini perlu dilakukan untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB terkait kesehatan.
Baca Juga: Awas, Dampak Masa Isolasi Terlalu Lama Tingkatkan Risiko Depresi Anak!