Efek PSBB di DKI, Jabar dan Banten, Warga Cuma Mampu Tahan Hidup Seminggu

Rabu, 17 Juni 2020 | 18:17 WIB
Efek PSBB di DKI, Jabar dan Banten, Warga Cuma Mampu Tahan Hidup Seminggu
Suasana gerbong KRL di Stasiun Manggarai saat hari pertama PSBB Jakarta, Jumat (10/4/2020). (Suara.com/Bagaskara Isdiansyah)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah riset yang dilakukan oleh Panel Ilmu Sosial untuk Kebencanaan di bawah koordinasi Kedeputian Ilmu Pengetahuan Sosial Kemanusian (IPSK) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan, bahwa PSBB yang terjadi di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat memengaruhi daya tahan hidup warga.

Dilansir dari The Conversation, lebih dari separuh responden (55 persen) warga yang diteliti menyatakan bahwa kebertahanan hidup mereka hanya mencapai satu minggu. Hal tersebut terjadi karena PSBB mengakibatkan kebanyakan responden kehilangan penghasilan mereka.

Pada The Conversation, para penulis yang terdiri dari Deny Hidayati, Ari Purwanti Sarwi Prasojo, Dwiyanti Kusumaningrum, Gusti Ayu Ketut Surtiarti, Yulinda Nurul Aini dari LIPI mencatat, bahwa survei menunjukkan hampir separuh responden (44 persen) kehilangan sebagian besar penghasilannya dan sebanyak 17 persen kehilangan pekerjaan.

"Status mereka kebanyakan adalah buruh atau karyawan (79 persen) dan sisanya berusaha sendiri dan dibantu pekerja, terutama di sektor perdagangan, industri, transportasi dan jasa. Hal ini karena kebijakan PSBB membatasi aktivitas pekerjaan mereka," tulis mereka.

Baca Juga: Sempat Kontroversi, Diam-diam Revitalisasi Monas Sudah Selesai Sebelum PSBB

Kehilangan pendapatan membuat lebih dari separuh responden yang menerima bantuan pemerintah (55 persen) hanya mampu memenuhi kebutuhan keluarga untuk seminggu kedepan. Bahkan, sekitar 7 persen responden tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok untuk waktu sehari.

Demi bisa melanjutkan hidup, para responden mengaku mengubah berbagai upaya untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan keluarha

"Kebanyakan responden mengubah pola dan menu konsumsi sesuai dengan kondisi ekonomi masing-masing (49 persen). Upaya lain yang dilakukan adalah mengambil tabungan (34 persen), tetap bekerja meskipun sebagian besar gaji/upahnya dipotong (31 persen), meminjam uang dari keluarga/kerabat (15 persen), menjual barang (14 persen), dan berhutang di warung (4 persen)," catat para penulis.

Petugas menunjukan surat jalan seorang pengendara truk berpelat daerah yang melintas ke Jalan Brigif, Jakarta Selatan, Kamis (28/5). [Suara.com/Alfian Winanto]
Petugas menunjukan surat jalan seorang pengendara truk berpelat daerah yang melintas ke Jalan Brigif, Jakarta Selatan, Kamis (28/5). [Suara.com/Alfian Winanto]

Pemerintah memang memberikan paket sembako untuk bantuan sosial selama pandemi. Tetapi untuk bentuk dan jumlahnya akan berbeda setiap daerah.

Sebagai contoh, paket sembako di Jakarta berisi beras 10 kilogram, 8 bungkus mi instan, 8 kaleng kecil ikan sarden, minyak sayur 2 liter. Selain itu, Bulog juga menyalurkan bantuan sosial dengan 6 liter beras pada warga yang membutuhkan.

Baca Juga: Masa PSBB Transisi, MG Indonesia Mulai Buka Outlet

Sayangnya meski ada bantuan dari pemerintah, kemampuan masyarakat untuk bertahan berdasarkan survei cukup rendah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI