Suara.com - Berada di rumah saja selama berbulan-bulan demi memutus rantai penularan Covid-19 membuat lonjakan jumlah kehamilan. Dan bisa dipastikan, sebagian besar merupakan kehamilan tak terencana.
Waktu yang lebih banyak dihabiskan di rumah sehingga sering bertemu dengan pasangan, belum lagi pil KB yang mungkin sulit didapatkan selama pandemi Covid-19, jadi sedikit penyebab kehamilan tak terduga yang tak bisa dihindari.
Pasangan suami istri yang mengalami hal tersebut bisa saja mengalami bingung hingga stres. Terutama istri yang akan menjalani peran ganda sebagai ibu hamil.
Walau begitu, psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani S.psi., M.Si., Psi mengatakan wajar saja bila reaksi yang dirasakan justru menjadi bingung dan stres.
Baca Juga: Ibu Hamil Wajib Tahu, 5 Pantangan di Trimester Pertama
"Stres itu reaksi pertama kita. Jadi diterima saja dulu, wajar banget. Kalau sesuatu yang mengagetkan, menimbulkan kebingungan, itu jadi tekanan lagi buat kita. Tekanan itu yang kita sebut stres," jelas Anna saat siaran langsung Instagram bersama @ayahbunda, Selasa (16/6/2020).
Meski wajar, stres itu berdampak buruk bagi masing-masing pasangan, lanjut Anna. Antara suami dan istri bisa saling menyalahkan atau justru menyalahkan dirinya sendiri. Sehingga pertengkaran dengan pasangan sulit terhindarkan.
Pada akhirnya, dampak itu bisa memicu mengambil keputusan yang salah. Menurut Anna, kehamilan yang tidak terencana juga memiliki efek psikologis untuk ibu dan janin akibat ketidaksiapan yang dihadapinya.
"Ada banyak kemungkinan efek psikologis buat ibu, ada tiga macam. Berkurang minat untuk pelihara kandungan, masalah kesehatan, dan mengalami kesulitan melakukan oeran ganda menjadi istri dan ibu," ujarnya.
Jika ada kecenderungan kurang minat memelihara kehamilan, kata Anna, ibu berpotensi tetap melakukan kebiasaan buruk yang bisa membahayakan janin. Selain itu, perasaan bingung yang berkepanjangan akan menjadi masalah kesehatan mental dan bisa berujung depresi pada ibu hamil.
Baca Juga: Patuhi Imbauan di Rumah Saja, Ibu Hamil di Kota Serang Naik 10 Persen
"Padahal kalau depresi saat hamil, bisa berpengaruh pada perkembangan janin juga perkembangan psikologis si anak," ujar Anna.
Bukan hanya selama hamil, depresi itu berpotensi terus berlanjut meski ibu telah melahirkan ataupun memutuskan lakukan aborsi. Kondisi itu yang biasa disebut postpartum depression atau depresi pasca melahirkan.
Depresi itu yang kemudian memunculkan rasa tidak puas atas hidupnya. Psikologis akan semakin menurun dan si ibu bisa dikatakan tidak sepenuhnya sehat secara mental, terang Anna.
"Merembet lagi dia bisa mengalami kesulitan, baik sebagai istri juga ibu. Misal kalau sebagai istri mungkin dia ada perasaan kesal, bersalah, jadi sulit berbuat baik kepada suami. Sebagai ibu, sering kali kesulitan untuk melakukan pengasuhan sebagai orangtua. Baik pada anak yang sudah dilahirkan atau pun yang masih dikandung," katanya.
Agar menghindari kondisi itu, Anna menyarankan, penting bagi ibu untuk perlahan menerima bahwa kehamilan yang tak terencana itu sebagai anugerah dari Tuhan. Tentunya dengan dukungan suami untuk saling menguatkan.
"Yang harus diselesaikan adalah perasaan kekhawatirannya, kejengkelan, kebingungan semua masalah psikologis itu yang harus diselesikan. Kalau sudah lebih baik, melanjutkan kehamilan tidak direncanakan bisa lebih baik lagi," ucapnya.