Polusi Udara Ternyata Pengaruhi Kebahagiaan dan Kesehatan Mental

Selasa, 16 Juni 2020 | 15:41 WIB
Polusi Udara Ternyata Pengaruhi Kebahagiaan dan Kesehatan Mental
Ilustrasi Polusi Udara Berdampak pada Kebahagiaan. (pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Polusi udara disebut bisa memengaruhi tingkat kebahagiaan seseorang. Hal tersebut dinyatakan oleh Professor Ekonomi dari Universitas Leeds, Peter Howley.

"Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa polusi udara dapat mengurangi kebahagiaan–tetapi kita masih perlu penelitian lebih lanjut tentang mengapa ini dapat terjadi," tulis Howley di The Conversation.

Menurut Howley, hubungan langsung antara polusi udara dengan tingkat kebahagiaan adalah karena ketebalan asap polusi, bau, dan rasa udara serta kecemasan mengenai kesehatan pribadi. Rasa cemas lebih tinggi ketika ada masalah kesehatan yang diakibatkan oleh polusi.

Selain itu, Howley juga menekankan bahwa polusi udara dalam beberapa penelitian telah dikaitkan dengan gangguan kognitif. "Tetapi masih terlalu dini untuk mengatakan apakah itu benar-benar berpengaruh kesehatan otak," ujarnya.

Baca Juga: Polusi Udara Berkurang karena Covid-19, Bumi Jadi Lebih Panas

Dilansir dari The Conversation, sebuah studi inovatif yang menelusuri respon warga terhadap pembangkit listrik di Jerman mencoba mengukur kebahagiaan penduduk sekitar.

Para peneliti melakukan survei jangka panjang pada 30 ribu penduduk sekitar. Mereka kemudian mengelompokkan warga berdasar letak tempat tinggal mereka.

Pada penelitian tersebut, para peneliti menemukan bahwa penduduk di daerah yang berlawanan dengan arah angin mengalami peningkatan kebahagiaan yang signifikan setelah instalasi alat tersebut.

"Sementara itu, mereka yang berada searah dengan arah angin tidak menunjukkan dampak yang serupa," catat Howley.

"Perbandingan semacam ini–sebuah eksperimen alami yang mustahil dilakukan dan mungkin juga tidak etis untuk ditiru di laboratorium–membantu memastikan bahwa peningkatan kebahagiaan disebabkan oleh peningkatan kualitas udara dibandingkan faktor-faktor yang lain," tambahnya.

Baca Juga: Polusi Udara, Biang Kerok Tingginya Angka Kematian Virus Corona

Kondisi udara di Jakarta pada 30 Agustus 2018. [Shutterstock]
Kondisi udara di Jakarta pada 30 Agustus 2018. [Shutterstock]

Melansir dari Psychology Today, akumulasi temuan penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan, bahwa polusi udara bisa menyebabkan peradangan pada sistem saraf pusat yang dapat meningkatkan risiko suasana hati tertekan, gangguan kecemasan, gangguan bipolar, dan masalah kesehatan mental lainnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI